Delusion Effect 29- Laskar Aditama

18.3K 1.9K 1.3K
                                    

-lapak wajib tinggalkan jejak! nggak boleh sider!-

H A P P Y R E A D I N G

Laskar Aditama, batita laki-laki yang kini menginjak usia 16 bulan itu sedang aktif-aktifnya. Waktu dimana ia banyak mengenal hal baru. Seperti saat ini, batita itu sedang asik mengamati ikan yang berenang ke sana kemari. Raut bahagianya terpancar jelas.

"Amma, iat!!" serunya sambil menunjuk salah satu ikan koi. (mama, lihat)

"Wah iya, ikannya besar ya, Kar?" Arletta menyahut tak kalah antusias. Itu dilakukan agar Laskar merasa bahwa ucapannya di dengar.

Laskar mengangguk sebagai jawabannya. Selanjutnya batita itu sudah asik dengan dunia nya. Beberapa kali tangan mungilnya dimasukan kedalam air.

"Laskar," panggil Arletta. Batita itu menoleh menatap Mamanya. "Mandi yuk? Katanya Papa mau ngajak Laskar pergi," ucap Arletta. Gadis itu berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan Laskar.

"Egi?" tanya Laskar dengan mata berkedip lucu. (Pergi)

"Iya, mandi yuk?"

Laskar mengangguk lalu merentangkan tangannya hendak di gendong. Arletta dengan senang hati mengangkat batita itu ke gendongannya.

"Egi mana?" tanya Laskar. Kedua tangannya mengalungi leher Arletta, wajahnya menunjukan raut bingung sekaligus penasaran. (Pergi kemana)

"Ketemu Papa," jawab Arletta.

"Appa?"

Arletta memilih tidak menjawab. Ia mencium kening Laskar.

Bukan Appa Alan tapi Papa Bram batin Arletta berucap.

---

"Assalamualaikum," salam Arletta juga Alanno bersamaan.

"Kum," ucap Laskar.

"Wa'alaikumsallam," sahut Bram. Pria yang awalnya dalam posisi berbaring itu membenarkan posisinya menjadi bersandar. Saat pintu terbuka dirinya terpaku. Diam di posisi itu dengan pandangan lurus menatap bocah laki-laki di gendongan seorang gadis.

"Lan," panggil Bram pelan, "dia??"

"Laskar Aditama, anak Kak Jody," jawab Alanno. Ia memperhatikan dengan seksama ekspresi Bram. Pria itu bergeming, pandangannya hanya fokus pada sosok Laskar.

Anak Jody berarti anaknya juga.

Tanpa dapat dicegah air mata membasahi pipinya. Untuk pertama kalinya ia melihat sosok anaknya. Laskar begitu mirip dengan Jody. Hanya saja hidung batita itu seperti dirinya, sedikit mancung.

"Laskar," panggil Arletta, "itu Papa," lanjutnya sambil menunjuk sosok Bram.

"Appa?" tanya batita itu dengan raut bingung.

"Papa," koreksi Arletta, "ini Appa, kalau itu Papa." Arletta menunjuk Alanno dan Bram secara bergantian.

"Papa?"

Bram terkesiap. Ia menatap Laskar seolah memohon untuk menyebutkan panggilan itu sekali lagi.

"Iya, Papa," kata Arletta.

"Papa," panggil Laskar dengan senyum lebar. Senyum itu tertular pada Bram. Hatinya menghangat, panggilan itu memberikan desiran asing di hatinya.

"Iya, ini Papa," ucap Bram dengan rasa haru yang menggebu-gebu. Anak ini, anak yang pernah ia tolak kehadirannya. Lagi-lagi rasa sesal itu hadir.

Arletta menyerahkan Laskar pada Bram. Bram memeluk Laskar erat. Berkali-kali bibirnya melontarkan kata maaf. Penyesalan memang selalu datang di akhir karena jika di awal namanya pendaftaran.

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now