Delusion Effect 12- Yang Lagi Viral

21.6K 1.8K 145
                                    

-Mau nanya, kalian yang baca Delusion Effect, umur berapa sih?-

H A P P Y R E A D I N G

"Kalian berangkat sekolah aja, biar Laskar Mami yang jaga," ujar Rosi. Pagi-pagi, wanita paruh baya itu sudah datang ke rumah sakit. Membawakan seragam sekolah untuk Tata, agar putri semata wayangnya itu tidak bolak-balik.

"Nggak apa-apa Mi, Alan izin sekolah aja. Mau nemenin Laskar," katanya. Lelaki itu masih memakai baju yang kemarin malam Rosi bawakan untuknya. Sedangkan Tata, ia sudah siap dengan pakaian sekolah khas SMA Cakra Buana.

"Mami Laskar yang jaga. Lagian Laskar udah boleh pulang hari ini," kekeh Rosi.

"Nggak ngerepotin 'kan Mi?" tanya Alan.

Rosi menggeleng tegas, wanita yang masih tampak muda di umurnya yang menginjak 40 tahun itu tersenyum lembut, "Mami nggak pernah merasa di repotin. Laskar kan cucu Mami," ucapnya.

"Makasih Mi," kata-kata itu terdengar tulus. Alan bersyukur masih ada keluarga Tata yang berbaik hati menganggap Laskar juga dirinya sebagai salah satu dari bagian keluarga itu. Ia berjalan mendekati Rosi lalu memeluk wanita itu, mencari hangatnya pelukan seorang Ibu yang telah hilang setahun lalu.

"Sama-sama. Kamu buruan siap-siap. Nanti telat," titah Rosi.

"Siap Komandan."

Tata tersenyum menatap pemandangan di depannya. Ia harap seterusnya akan seperti ini. Semoga saja. Doakan ya teman-teman.

---

"Buka Facebook Odading, buka WhatsApp odading, buka Instagram odading, buka Twitter odading. Buka dompet, rasanya anj*ing banget!" ucap Didi. (sengaja di sensor)

"Rasanya seperti anda menjadi iron man," sahut Maman.

"Kemarin gue beli, antriannya panjang banget," ujar Sandy.

"Calon-calon iron man," kata Bima.

"Lo ngapain ngantri panjang-panjang? itu Mang Kasep jual odading," Alan berucap. Ia menyesap kuah bakso yang berwarna merah karena terlalu banyak di beri sambal.

"Pengen nyoba yang lagi viral," jawabnya kalem.

"Lo kalau beli di Mang Kasep bakal dapet harga temen," ucap Nino.

"Gue nggak temenan sama Mang Kasep anjir!" sahutnya sewot seraya melempar bungkus makanan.

"Lo kan sering deketin istrinya tuh, siapa tau dapet harga selingkuhan," Bima ikut nimbrung. Celetukannya makin tidak masuk akal.

"Boleh-boleh, nanti saya kasih gratis bogeman." Mang Kasep yang datang sambil membawa nampan minuman berceletuk. Membuat ke enam lelaki itu langsung bungkam dan tersenyum kikuk.

"Ah Mang Kasep, bisa aja bercandanya," kata Sandy dengan senyum awkard nya.

"Bogem aja Mang, nggak apa-apa saya iklhas," ujar Didi yang mendapat tatapan sinis dari Sandy.

Mang Kasep menyerahkan satu persatu minuman yang enam lelaki itu pesan, terakhir adalah pesanan Sandy, "minumnya pelan-pelan ya Nak, saya takut di dalamnya ada pestisida," desisnya tajam sebelum berlalu pergi.

"Anjir mukanya serem banget," Maman yang pertama kali bersuara.

"Si Didi mulutnya minta di robek!" ketus Sandy.

"Lo beneran sering godain istri Mang Kasep? Yang mana?" tanya Alan kepo.

"Istrinya yang nomor tiga," jawab lelaki itu.

"Ogeb! Pantesan, istri muda itu. Hati-hati lo San!" kata Nino.

"Seksi men, gatahan gue," tuturnya.

"Astagfirullah, kamu itu berdosa banget," ucap Didi.

"Gue geplak nih!" ancam Sandy.

"Sekali lagi lo ngomong, mulut lo gue tampar," pungkas Bima.

"Odading Mang Oleh, rasanya seperti anda menjadi iron man," Didi berujar jahil.

Plak

"Baku hantam yuk?"

---

"Tata, kemarin kata mas Albar dia lihat kamu di deket rumah temennya," ucap Uma.

"Mas Albar, kakak lo kan?" tanya Kila.

Uma mengangguk pelan, "iya. Katanya dia mau nyamperin kamu Ta, karena kamu kelihatan panik, tapi kamu keburu masuk taxi."

Wajah Tata menegang, kenapa Albar bisa mengenalinya? Walau tak urung mereka pernah bertemu, tapi itu hanya sekali.

"Rumah temen Mas Albar emang dimana?" tanya Tata, berusaha terlihat biasa saja.

Uma tampak berfikir, mengingat-ngingat tempat tinggal teman sang kakak, "oh aku inget, di perumahan Margapati Barat."

"Salah lihat ah," elak Tata, "rumah gue kan bukan di sana."

Kila ikut menyetujui, "iya, kalau pun bener, ngapain Tata di sana?"

"Kayaknya emang salah lihat," kata Uma.

"Eh Ma, pulang nanti gue nebeng ya?" pinta Kila.

"Lo nggak pulang bareng Nino?" tanya Tata.

Kila menggeleng lemah, "Nino nggak bisa anter gue pulang hari ini," wajahnya terlihat sedih namun dengan cepat berubah, gadis itu tersenyum dengan manisnya, "boleh ya Ma? Sekalian mau cuci mata, lumayan rejeki gratis."

"Boleh, Bang Adam pasti nggak keberatan nambah satu penumpang lagi," jawab gadis berjilbab itu.

"Asik," seru Kila girang.

"Bang Adam, kakak lo yang udah kerja itu kan?" tanya Tata.

"Iya, tapi hari ini dia libur. Jadinya bisa jemput aku."

"Gue jadi pengen punya abang," kata Kila.

"Punya kakak enak tau Kil, apalagi kakak cowok. Aku di sayang banget," ujar Uma.

"Mereka sayang banget sama lo ya Ma?" tanya Tata.

Uma mengangguk semangat, "mereka baik banget sama aku, sering masakin aku, terus sering beliin aku coklat. Mereka juga sabar banget ngadepin aku pas lagi haid. Aku jadi kaya ratu hihi," Uma terkikik geli.

"Suami idaman banget, aaaaa jadi sayang," pekik Kila heboh.

"Mo nyoba meninggal nggak Kil?"

-BERSAMBUNG-

Selamat malam minggu.

Semoga part ini bisa menjadi hiburan malam.

🖤

Cuplikan di atas, yang tentang Abang. Can't relate di dunia nyata. Hanya 0,9% yang seperti itu.

Salam tertera;

Sri Devina Myn.

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now