Delusion Effect 04- Hampir Keciduk

30.1K 2.5K 42
                                    

-vote, komen dulu!-

APAKAH MASIH ADA YANG MAU CERITA INI LANJUT??

H A P P Y R E A D I N G

"Aku pergi dulu ya?" pamit Alan. Lelaki itu sudah mengenakan baju olahraga lengkap. Sore harinya, Alan ada pertemuan anggota futsal. Jabatannya sebagai Ketua Tim Futsal akan segera lengser dan berpindah tangan.

"Iya. Nanti aku sama Laskar mau jalan-jalan," ucap Tata.

"Kemana?" Ia mencolek pipi gembil Laskar lalu kembali menatap Tata.

"Taman mungkin? Yang jelas keliling-liling."

"Oh oke, nanti kabarin aku aja."

Tata mengangguk kemudian menyuruh Laskar memberikan kecupan di pipi Alan. Bayi itu menurut, namun disertai lumatan kecil hingga pipi Alan kini penuh dengan air liurnya.

"Da da dah," celotehnya. Tangan bantet itu melambai, mengabaikan tatapan kesal yang Papanya layangkan.

"Mama, Laskar nakal. Pipi Papa jadi kaya lautan ludah," kata Alan berpura-pura merajuk.

"Papa ngambek Kar," ujar Tata ikut mengompori.

Bayi itu mengerjap lucu. Ia menatap Alan sayu, tangannya terulur meminta di gendong sang Appa, "Pa...pa..pa," celoteh Laskar. Batita tersebut mengecup bibir Alan, tersenyum kearah pria yang menggendongnya.

"Sayang, ambilin tisu dong," pinta Alan pada Tata, "mana bisa Papa ngambek lama-lama sama jagoan kesayangan papa ini," tuturnya kemudian. Ia memberikan ciuman bertubi-tubi di wajah Laskar, membuat bayi itu memekik geli sekaligus kesenangan.

"Nih." Tata menyerahkan dua lembar tisu, lalu mengambil alih Laskar dari gendongan Alan. "Berangkat gih, nanti telat."

Alan mengecup kening Tata dan Laskar bergantian, "nanti chat aku, kalau gimana nanti aku nyusul."

"Oke. Dadah Papa."

"Da dad ah Appa."

---

"Latihan untuk hari ini cukup sampai disini. Bulan depan kita akan memilih kapten futsal yang baru sebagai pengganti Alanno. Minggu depan kita kembali latihan, di sini, di jam yang sama," ujar Pak Dodi selaku pelatih dalam club futsal. Beliau melirik ke arah jam tangannya sekilas, lalu menyuruh Alan untuk memimpin doa.

"Semuanya, sebelum kembali kerumah, alangkah lebih baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Menurut kepercayaan dan keagamaan masing-masing berdoa mulai."

"Berdoa selesai."

Setelahnya, semua anggota club futsal membubarkan diri. Bima menghampiri Alan yang sedang membereskan barang-barangnya. "Nongkrong dulu mau kagak? Telfon anak-anak yang lain," ajak Bima.

"Sorry nih, gue nggak bisa. Ada urusan genting," balas Alan.

"Genting apaan? Ayolah, sekali-kali. Kita udah lama nggak nongkrong bareng," kata lelaki itu. Ia membenarkan tatanan rambutnya, masih menatap Alan yang saat ini sudah mengeluarkan kunci mobil.

"Serius, hari ini gue nggak bisa. Lain kali aja. Gue duluan." Alan berpamitan pergi. Berjalan menjauhi Bima dan melajukan mobilnya kencang.

Tadi, Tata mengirimkannya pesan, mengatakan bahwa gadis itu dan Laskar sedang berada di salah satu mall di daerah Jakarta. Dan tujuan Alan kini adalah menyusul kedua orang tercintanya.

Kurang lebih lima belas menit perjalanan, akhirnya Alan tiba di tempat tujuan. Lelaki itu segera menghubungi Tata dan menanyakan keberadaan sang gadis.

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now