Delusion Effect 15- Tata, Alan, dan Laskar

21.1K 2K 118
                                    

-1 komen dan vote kalian sangat berarti-

H A P P Y R E A D I N G

Setelah adegan keciduk di dalam mobil. Tata menyuruh mereka untuk masuk ke rumahnya saja. Tidak enak bila di dengar tetangga. Gadis sang pemilik rumah memilih pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman. Alan juga belum membuka suara, lelaki itu menyenderkan tubuhnya ke badan sofa seraya memejamkan mata.

"Buruan cerita Lan," desak Didi.

"Sabar anjir, gue lagi nyusun kata," jawab lelaki itu.

"Ini minumnya." Tata datang dengan nampan berisi minuman. Setelah meletakan di atas meja, gadis itu bergabung dengan Alan, duduk di sofa sebelah lelaki itu.

Alan membuka kelopak matanya, ia menatap temannya juga teman Tata satu persatu. Susunan kata di otaknya tiba-tiba saja memencar, menyisakan ruang kosong. Ia menyugar rambutnya, menghela nafas panjang sebelum membuka suara, "gue sama Tata pacaran."

"Anjir," seru Sandy. Bahkan minuman yang belum sempat ia teguk menyembur mengenai wajah Nino yang duduk di sebelahnya.

"Bangsat! Kacamata gue anjing!" umpat lelaki itu.

"Waktu itu lo bilang ke gue kalian sepupuan!" tidak memperdulikan Nino, Sandy berseru kencang.

"Stttt nggak usah teriak!" peringat Alan.

"Kalian udah berapa lama pacaran?" tanya Kila. Gadis itu tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Dua tahun," cicit Tata. Sedari tadi kedua tangannya saling bertautan. Gugup melandanya kini.

"Gila!" pekik Kila.

"Udah selama itu?" tanya Bima tidak percaya.

Alan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "sorry kami nggak ngasih tau, ya namanya juga backstreet."

"Untuk apa kalian backstreet? Maksud gue kena..." ucapan Maman terpotong oleh pekikan nyaring dari arah tangga.

"Amma...Appa!" pekik seorang batita seraya merentangkan tangannya hendak di gendong.

Mereka semua yang berada di ruang tamu, kecuali Tata juga Alan mengernyitkan dahi bingung. Sedangkan Alan, lelaki itu hanya mampu menghela nafas panjang. Semuanya akan terbongkar hari ini.

Rosi turun dengan Laskar di gendongannya, bayi mungil yang kemarin baru pulang dari rumah sakit itu tampak lebih segar dan ceria. Senyum nya kian lebar saat Tata menghampirinya dan membawa tubuh gembil itu ke dekapannya yang hangat.

"Eh ada tamu," ucap Rosi.

"Halo Tante," sapa Didi kikuk. Didi bangkit di ikuti yang lainnya, menyalimi tangan Rosi.

Rosi tersenyum lembut, "Tante ke kamar dulu ya," pamitnya saat mengerti bahwa mereka membutuhkan ruang. Wanita paruh baya itu mendekati sang putri lalu berbisik, "jelasinnya pelan-pelan aja. Kasih tau siapa Laskar, jangan bikin salah paham."

Tata mengangguk, Mami nya ternyata mengerti apa yang terjadi. Apalagi kehadiran Laskar yang tentu menambah keterkejutan teman-temannya.

"Ta...lo sama Alan punya anak?" setelah Rosi berlalu, Kila berceletuk.

"Anak? Tata punya anak?" sepertinya koneksi Uma baru tersambung. Gadis itu menatap Tata dan Laskar yang berada di gendongannya bergantian.

"Laskar, bukan anak gue," ucap Alan, "dia anaknya kak Jody."

"Kak Jody," gumam Nino, mengingat orang yang dimaksud Alan, "Kakak lo yang kecelakaan..."

"Iya," sela Alan, "Laskar keponakan gue, tapi dia manggil gue sama Tata, Papa dan Mama," jelasnya.

"Bukannya kak Jody belum nikah?" tanya Bima, "eh sorry."

Alan menggeleng, "accident satu malam."

"Laskar, main sama om Didi yuk!" Didi mencairkan suasana.

"Ndak au," ucap batita itu, ia mengeratkan pelukannya pada Tata.

"Haha mampus! Anak kecil aja nggak mau sama lo," ledek Bima.

"Lo kurang pro ngerayunya," ujar Maman, "lihat gue nih."

"Laskar sama om Maman yuk, nanti om beliin permen," kata lelaki itu.

"Appa!" pekik Laskar. Bayi itu menunjuk Maman, berniat mengadu pada sang Papa.

"Ck jangan diganggu, habis sakit, sensi dia," ucap Alan. Tak urung ia mengambil alih Laskar ke pangkuannya.

"Ihh pipinya gembul," pekik Uma gemas.

Tata hanya terkekeh, " Laskar udah maem?" tanya nya.

Bayi itu menggeleng, "Cucu Amma," pinta Laskar.

"Udah jam nya tidur siang ya?" tanya Alan pada Tata.

Gadis itu mengangguk, "aku buat susu dulu," katanya sambil beranjak menuju dapur.

"Appa," panggil Laskar.

"Kenapa?" tanya Alan, menundukan kepalanya agar dapat melihat jelas wajah lucu Laskar.

"cal Pa," (car) ujarnya seraya menunjuk mobil berwarna merah yang berada di atas meja.

Alan mengambil mobil mainan itu, menyerahkannya pada Laskar.

"Tin...tin...cal wat." (Tin...tin...car lewat) celoteh batita itu. Alan terkekeh kecil, ia mencium pipi bakpau Laskar dengan gemas.

"Gue masih nggak percaya, Alan udah jadi Papa anjir." Sandy menatap pemandangan di depannya tanpa kedip.

"Fans nya pasti pada potek kalau tau Alan udah punya pacar, bahkan punya anak," ujar Nino.

"Setelah ini, lo bakal tetep backstreet?" tanya Maman.

Alan tampak berfikir sebelum mengangguk sebanyak dua kali, "gue nggak bisa menjamin Tata bakal baik-baik aja kalau semua orang tau kita pacaran."

"Kalau gue boleh kasih saran, lebih baik jangan," ucap Nino, "backstreet bukan hal yang mudah bro, bakal lebih banyak tantangannya, apalagi lo nggak bisa menunjukan kepemilikan lo pada orang-orang. Mungkin lo oke-oke aja, tapi Tata? Persentase kandasnya hubungan kalian lebih besar. Tikungan jaman sekarang tajem men," tutur lelaki itu.

"Gue sama Tata punya Laskar, itu cukup bagi kami untuk tetap bertahan," ujar Alan.

-BERSAMBUNG-

please deh Lan, jangan bandel! Di bilang stop backstreet, masih aja ngeyel!

Part depan, ketemu Tamara lagi yuk? Haha.

Part ini sekian dulu.

Salam tertera;

Sri Devina Myn.

Rambut mu kenapa Kar?? Ulah papa Alan lagi?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rambut mu kenapa Kar?? Ulah papa Alan lagi?

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now