Delusion Effect 10- Sosok Bidadari Penggoda

21K 1.8K 97
                                    

-jangan pelit vote sama komen-

H A P P Y R E A D I N G

Sekolah sudah sepi sekarang, setelah lima belas menit yang lalu bell pulang berbunyi. Arletta, gadis manis itu duduk tenang di halte dekat sekolah. Menunggu kehadiran Alan di sana. Tangannya memainkan rambut miliknya yang sepanjang punggung, menatap jalanan sekitar yang terlampau sepi.

Tin

Mobil berwarna hitam yang Tata yakin milik Alan sudah berada di hadapannya. Gadis itu bangkit lalu hendak membuka pintu di samping kemudi. Namun ia urungkan saat kaca jendela perlahan turun dan menampilkan seorang gadis cantik di dalamnya.

Siapa?

"Ta, kamu duduk di belakang ya," titah Alan.

Tata masih bergeming menatap gadis asing di hadapannya. Gadis yang sepertinya beberapa tahun lebih tua dari Tata itu berpakaian seksi dengan rok di atas lutut. Kemeja berwarna putih yang di kenakan terlihat sesak. Rambutnya juga di gulung sehingga menampilkan leher putih jenjang yang mampu menggoda kaum adam. Ah, Tata baru sadar. Gadis ini yang beberapa hari lalu keluar dari Minimarket bersama Alan. 

"Ta, buruan masuk." Suara Alan kembali terdengar. Tata tersadar, gadis itu mengangguk lalu membuka pintu belakang. Duduk dengan perasaan bingung.

"Ta, kenalin Tamara, yang kemarin telfon nya kamu angkat itu. Terus tadi aku nggak sengaja ketemu jadi aku tawarin tumpangan," jelas Alan.

Tamara? Gadis yang mengaku pacar Alan?

Flashback on

Suara dering telfon dari ruang tamu berhasil menghentikan kegiatan Tata yang membuka bungkus gado-gado. Gadis tersebut berjalan menuju sumber suara. Ternyata handphone Alan yang berbunyi. Kening Tata mengerut, siapa gerangan yang menelpon lelaki itu di tengah malam.

Nomor tidak di kenal, susunan angka tersusun rapi di layarnya.

"Halo, assalamualaikum," salamnya setelah menggeser tombol hijau.

"Oh halo, adiknya Alan ya? Hmm, Alannya ada?"

Suara perempuan. Dan apa tadi? Adik? Oke baiklah, Tata harus mengingat diri bila hubungannya dengan Alan terjalin secara rahasia atau backstreet.

"Kak Alan nya lagi mandi. Ini siapa ya?"

"Gue Tamara, pacarnya Alan."

"Siapa Ta?" suara bass milik Alan berhasil mengagetkan Tata, gadis itu memutar tubuhnya menghadap Alan yang kini terlihat lebih segar.

"Tamara," jawab gadis itu setelah menjauhkan ponsel dari telingannya.

"Oh, sini handphonenya. Minta tolong buatin coklat panas ya Ta," katanya.

Tata mengangguk saja, tidak ambil pusing perkataan Tamara. Anggap saja angin lalu. Ingat bukan, Tata itu bukan gadis cemburuan. Dia memegang teguh kesetiaan yang pernah Alan janjikan. Lagi pula, bila kita terlalu sering merasa curiga pada pasangan, hal itu akan berpengaruh buruk bagi hubungan itu sendiri.

Gadis itu kembali ke dapur, membuatkan Alan coklat panas sekaligus membuatkan dirinya teh hangat. Cuaca malam ini sangat dingin.

"Hahaha, kamu orangnya asik juga ternyata."

Samar-samar percakapan keduanya masih bisa Tata dengar dari dapur. Tetapi satu hal yang membuat gadis itu bingung, Alan menggunakan 'aku kamu'.

Flashback off

"Jangan ngelamun Ta," tegur Alan yang masih sibuk dengan kemudinya.

Tata mengerjap lucu. Dirinya menatap Tamara dari belakang, gadis itu belum membuka suara.

"Eh, kita nggak anter .....kak Tamara dulu?" Tata bertanya saat mobil Alan memasuki kawasan perumahan lelaki itu.

"Aku anterin kamu dulu, baru Tamara," jawab Alan.

"Bukannya jadi bolak-balik ya?"

"Nggak apa-apa, udah kamu turun gih."

Sekarang di kepala Tata terdapat banyak pertanyaan yang menumpuk.

"Lan, nggak apa-apa kalau adik kamu di rumah sendirian?" akhirnya Tamara buka suara. Gadis itu melihat rumah Alan yang tampak sepi. Oh tentu saja, Laskar kan sedang di titipkan di rumah Tata.

"Nggak apa-apa, udah biasa dia," jawab Alan enteng, "buruan keluar Ta, kasian Tamara kelihatannya udah capek."

Tata menatap Alan dan Tamara bergantian sebelum keluar dari mobil. Gadis itu terlalu bingung oleh perubahan sikap Alan yang terlampau tiba-tiba. Kenapa lelaki itu menjadi sangat ribet? Dia kan bisa mengantar Tamara terlebih dahulu, lalu mengantar Tata kerumah orang tuanya sekalian untuk menjemput Laskar. Aneh sekali.

Mobil hitam milik Alan melaju, meninggalkan Tata yang masih diam di tempatnya.

Drttt drtt

Ponsel di sakunya bergetar, menampilkan nomor maminya. Gadis itu menggeser tombol hijau lalu mendekatkan ponsel ke telinga.

"Halo, Assalamualaikum Mi," salamnya.

"Wa'alaikumsallam Ta, buruan ke rumah sakit." Nada Rosi terdengar panik.

"Siapa yang sakit Mi?" tanya Tata cepat, perasaannya jadi tidak karuan sekarang.

"Laskar."

-BERSAMBUNG-

Baby Laskarnya sakit kakak kakak.

Yuk, bikin si dedek bayi seneng. Gampang banget, tinggal vote dan komen.

Minggu depan aku update!

Selama sore.

Salam tertera;

Sri Devina Myn

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now