Delusion Effect 27- Sang Pembunuh

19.8K 1.9K 225
                                    

-Yuhuu part ini Laskar, bayi kesayangan kalian nongol-

H A P P Y R E A D I N G

Tamara kabur dari rumah sakit tempatnya di rawat. Selepas kejadian tempo hari dimana dirinya pingsan di pekarangan rumah Arletta, warga membawanya ke rumah sakit. Gadis itu kabur masih dengan baju pasien nya.

Tamara menutup telinganya saat bisikan-bisikan itu kembali terdengar. Sesuatu yang lain seolah mengambil alih dirinya.

'Bunuh dia.'

'Lenyapkan dia.'

"Arghhh," teriak Tamara kencang. Bisikan itu semakin keras, berusaha mempengaruhi diri Tamara. Kakinya terus melangkah. Bisikan-bisikan itu masih terus terdengar.

Sampai pada akhirnya Tamara menghentikan langkahnya. Ia tiba di depan rumah Alanno. Bisik-bisikan itu kembali terdengar, sekarang jauh lebih keras. Entah sadar atau tidak, Tamara melangkah memasuki rumah itu.

Pintu gerbangnya terbuka lebar seolah mempersilahkan Tamara masuk dengan senang hati. Pelan namun pasti Tamara memasuki pekarangan rumah Alanno.

Tok

Tok

Tok

Tangannya mengetuk pintu kayu di hapadannya beberapa kali. Menunggu beberapa menit akhirnya pintu itu terbuka. Raut kaget Alanno adalah hal pertama yang Tamara lihat.

"Ngapain lo disini?"

Tamara tidak menjawab. Sebuah bisikan kembali terdengar. Tamara mencekik Alanno, mengikuti apa yang dibisikan seseorang padanya.

Alanno memberontak. Ia mendorong tubuh Tamara sekuat tenaga. Saat cekikan itu berhasil terlepas, Tamara kembali berusaha mendekati Alanno. Alanno tidak tinggal diam, Ia membalikkan tubuh Tamara lalu mencekal tanggan wanita itu di belakang.

"Lepas!!!" seru Tamara. Wanita itu memberontak. Ia menjerit, berkali-kali berusaha melepaskan diri dari Alanno.

Sambil menahan Tamara, Alanno mengeluarkan ponselnya. Ia menelfon polisi juga Reka.

"LEPAS!! LO HARUS MATI!! GUE AKAN BUAT LO MENYUSUL KELUARGA LO!!" teriak Tamara.

"Gue nggak pergi kemana-mana. Karena apa? Karena ini belum waktunya gue pergi," bisik Alanno di telinga Tamara.

Tawa sumbang Tamara terdengar. "Kalau gue nggak bisa buat lo pergi dari dunia ini, gue bisa bikin lo kehilangan seseorang yang lo sayang."

"Lo udah melakukan itu, bukan? Lo bikin gue kehilangan keluarga yang sangat berarti untuk gue."

Lagi-lagi Tamara mengeluarkan tawa sumbang tapi kali ini disertai air mata. "Kehilangan. Itulah yang gue rasain saat kalian bunuh anak gue!"

"Anak itu nggak pernah ada!" sela Alanno cepat, "dia cuma imajinasi lo!"

"Keluarga lo yang udah bunuh anak gue!!"

"Itu cuma imajinasi lo! Lo nggak pernah hamil! Semua itu cuma halusinasi semata!" ucap Alanno.

"Dia bukan halusinasi, dia nyata!! Anak gue nyata, dia ada." Tubuh Tamara meluruh ketanah, isaknya mengudara. "Dia bener-bener ada...tapi kalian membunuhnya!"

"Keluarga gue bukan pembunuh!" bantah Alanno.

"Kalian pembunuh! Kalian udah bunuh anak gue!"

"Tamara, sadar! Anak itu nggak pernah ada sebelumnya, itu cuma halusinasi lo aja," kata laki-laki itu.

"ARGHHH!!" Tamara berteriak kencang. Tiba-tiba bisikan-bisikan itu kembali hadir. Ia dengan cepat berdiri lalu berlari menuju dapur. Alanno ikut berlari mengejar wanita itu.

'Bunuh dia.'

'Ini waktunya.'

'Lenyapkan dia.'

Saat Alanno tiba di dapur Tamara sudah menggenggam erat sebuah pisau. Pandangannya kosong tetapi air mata terus keluar dari pelupuk matanya.

Alanno berusaha menyadarkan Tamara namun wanita itu seperti kehilangan arah. Sepersekian detik tanpa dapat di cegah lagi, pisau yang di genggam Tamara menikam perut Alanno.

"Arghhh!!"

Kejadiannya begitu cepat. Polisi datang tepat saat pisau itu menusuk perut Alanno dan saat itu juga Tamara jatuh pingsan.

-BERSAMBUNG-

Follow Instagram aku @_sridevina

Ehh, aku lagi mempersiapkan cerita Laskar hihi.

Padahal cerita ini masih panjanggggg, tapi aku nggak tahan untuk nggak bikin cerita Laskar.

Salam tertera;

Sri Devina Myn.

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora