Delusion Effect 35- Amma

16.2K 2.1K 1.2K
                                    

-vote komen hukum wajib!-

H A P P Y R E A D I N G

Malu, Arletta benar-benar malu! Bagaimana bisa ia pingsan di hadapan Alan? Alan pasti merasa ilfeel, responnya terlalu berlebihan.

Gadis itu bersandar pada kepala ranjang, kepalanya masih berdenyut nyeri.

"Udah sadar?" suara bass dari arah pintu itu membuat Arletta tersentak kaget. Gugup tiba-tiba saja melanda. Ia tidak pernah sedekat ini dengan Alan.

"U-udah," jawabnya kikuk.

Alan menyerahkan air hangat pada Tata. Tatapan cowok itu begitu tajam, bagaikan belati yang siap menusuk lawan. Arletta tidak pernah merasa takut dan segugup ini sebelumnya. Gadis itu mengucapkan terimakasih dengan lirih lalu meminum air itu cepat.

"Pusing?" tanya Alan saat melihat Tata memijat pelan keningnya.

"Hm? Ah e-enggak," jawabnya, berbohong.

Namun sial, ringisan nya tak dapat di cegah saat rasa pusing kembali melanda. Tata memijit keningnya pelan, sedangkan Alan makin menatap gadis itu datar.

"Appa!" pekikan kencang di susul sosok Laskar yang datang sembari berlari.

Alan segera menangkap Laskar saat batita itu merentangkan tangan ke arahnya. Alan memberikan kecupan kecil di pipi tembam itu lalu mendudukannya di atas ranjang, sebelah Tata.

Mata bocah laki-laki itu mengerjap lucu saat menatap sosok Tata. Entah dorongan dari mana, tangan Tata terulur untuk mengusap surai Laskar, melempar senyum lembut pada batita berusia dua tahun itu.

"Namanya, Laskar?" tanya Arletta pada Alanno. Alan mengangguk pelan, ia masih asik menatap Laskar yang tak pernah mengalihkan pandangannya dari sosok Tata.

"Dia...anak lo?" tanya nya lagi, kali ini lebih pelan dan hati-hati, takut menyinggung Alan.

"Hm."

Jawaban yang terlampau singkat namun sangat berefek untuk Tata. Hatinya seperti di remas, kenapa ilusi dan realita terlampau jauh? Bahkan sekarang ia merasa seperti dipaksa di depak mundur. Tidak ada lagi kesempatan. Ia kembali memfokuskan pandangan pada sosok Laskar, batita itu sangat mirip dengan Alan. Apakah Istri dari Alan adalah wanita paruh baya tadi? Tapi tidak mungkin, sudah jelas wanita itu memanggil dirinya dengan sebutan 'Bibi'.

"Heumm, Mamanya dimana?" tanya Tata saat tak melihat keberadaan orang lain yang berstatus istri Alan, mungkin?

"Udah meninggal," jawab Alan, dingin.

"Ah, ma-maaf, gue nggak bermaksud. Sorry udah lancang," katanya.

"Appa!" panggil Laskar.

"Ya?" nada bicara Alan berubah melembut, laki-laki itu menatap Laskar teduh.

"Lapel," ucapnya seraya mengusap perut.

Alan terkekeh pelan lalu membawa Laskar ke gendongannya. Tapi sebelum melangkah, Laskar lebih dulu membisikan sesuatu pada Alan. Terdiam sejenak, Alan kemudian mengangguk. Ia menatap Tata lalu berujar, "ayo."

Kening Arletta mengernyit, "apa?" tanya nya.

"Makan," sahut Alan singkat kemudian berlalu pergi dengan Laskar.

Tadi itu, dia di ajak ikut gabung makan bareng mereka, gitu? Tata mengartikannya seperti itu. Jujur saja, Arletta penasaran apa yang Laskar bisikan pada Alan, karena pandangan bocah itu padanya tersirat dalam. Seperti tatapan kerinduan.

---

Setelah makan malam, Tata masih menetap di rumah Alan. Sang pemilik rumah pergi entah kemana, menyisakan Laskar dan Tata yang bermain di ruang tamu. Sebenarnya Tata sudah ingin pulang, namun karena tidak melihat sosok Alan, ia menahan diri. Rasanya tidak sopan pulang tanpa pamit.

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt