39. Nggak sengaja, katanya?

Start from the beginning
                                    

Mata Ocha membola.
“Omaygat! Al, Al, Alexaaaa....., are you okey?!? Please..., jangan bilang kamu kerasukan?! Astaga, setan mana sih yang berani ganggu kamu?!!” hebohnya luntang-lantung.

Perlahan, Chelsy menyentuh sebelah bahu Alexa.

“Al__”

“I-iya, Dirga??”

1 detik....

Ocha dan Chelsy saling pandang. Keduanya sama-sama dibuat kicep. Alexa menelan ludah lemas, ia sadar akan ucapannya barusan. Gadis itu tersenyum ragu-ragu sembari memegang tengkuknya gugup.

“H-hei..., Ocha, Chelsy. K-kalian darimana??” tanyanya dengan ringisan canggung.

Ocha memasang wajah cengo.
“Apanya yang darimana?! Kamu yang darimana?!! Habis jelajahi alam apa aja kamu? Sampe bengong gitu, ngacangin kita lagi!” gerutunya kesal. Membuat Chelsy memegang bahunya untuk menahan.

Alexa tersenyum kikuk, sedetik kemudian ia memudarkannya. Kalau sudah salah bicara, Alexa harus apa?!?

“A-anu, aku__”

“Al, barusan kita nggak salah denger kan?? Kamu..., nyebut nama___”

“Salah! K-kalian salah denger,” kilahnya meringis tertahan.

“A-aku, itu...., emm.., a-anu__”

Brak!

Good morning students, how are you today? Come back again with me, Mrs. Maria.”

Alexa menghela dengan senyum lega. Syukurlah Bu Maria datang menyelamatkannya dari sesi interogasi Ocha. 

Eh, tapi tunggu....
Rasanya..., ada yang aneh deh. Apa ya??

“ROHMAN SU ROHMAN!! SIAP-SIAP TELINGA ROHIM GUE POTONG!!!”

Alamak!

*****

Selama hampir 15 hari, Alexa rasa dia jarang menjenguk Steven di rumah sakit. Terakhir, waktu bersama Reza dan Katrine sekaligus menyambut kedatangan kedua orang tua Steven.

Pada saat itu, kedua orang tua Steven memarahi anaknya habis-habisan. Mereka memang sibuk dengan bisnis besar yang dikelolanya, namun Steven tidak harus minggat tanpa sepengetahuan mereka seperti ini.

Jarak Amerika dengan Indonesia itu tidak dekat. Mereka pikir, selama ini Steven tentram di asrama dan mulai memilih belajar giat. Nyatanya, anak itu justru lari ke Indonesia.

Satu hal yang lebih parahnya lagi, Steven dengan enteng bersekolah di SMA PITALOKA tanpa memberitahu mereka. Benar-benar definisi anak tidak tahu diri.

Stop, berhenti disini Pak,” ucap Alexa kepada sopir Taxi.

Gadis itu turun tepat didepan apotek besar samping Alfamart. Ia ditugaskan oleh Katrine untuk membeli testpack dikarenakan akhir-akhir ini ibunya sering mual dan cepat merasa lelah.

Alexa gadis yang penurut. Ia selalu menuruti perintah ibunya. Sekalipun, harus menahan kecurigaan apoteker yang melayaninya saat ini.

“Ini testpack nya kak. Barangkali mau beli dua, untuk memastikan lebih jelas??” tawar apoteker itu seraya menatap sekilas perut datar Alexa.

Anak jaman sekarang, sekali perawan, langsung ilang.” Mirisnya dalam hati.

“Eh? I-iya Mbak, boleh.”

Apoteker tersebut membungkus dua testpack dengan kresek hitam. Kemudian ia menyerahkannya kepada Alexa.

“Terimakasih kak,” ujarnya setelah menerima uang.

DIRGANTARA (SELESAI)Where stories live. Discover now