21. Bermain?

10K 704 64
                                    

Spoiler untuk chapter-chapter berikutnya itu, Alexa sudah menjadi peliharaan yang sesungguhnya.

Vote dulu sebelum membaca ya, terus coment sesudah membaca❤️

HAPPY READING⚫

Tepatnya tengah malam, dimana saat pergantian transisi sudah dimulai bersamaan dengan perubahan tanggal, Alexa belum juga tertidur.

Gadis itu mengalami insomnia karena kecemasan yang berkelanjutan. Ia dibuat kepalang oleh secarik kertas kecil berisikan 6 kata yang mampu memporak-porandakan isi hati dan pikirannya.

Jam dinding sudah menunjukan pukul 12 malam tepat. Bukannya semakin ingin terlelap, justru Alexa semakin panik sedemikian. Gadis itu duduk diatas kasur dengan memeluk kedua lututnya serta menelungkupkan kepalanya ditengah-tengah lutut dengan perasaan gusar.

Terlampau sunyi, hingga yang terdengar hanyalah suara jangkrik yang bersahutan diluar sana. Hawa dingin mulai menjalar, hingga seolah menusuk sampai ke tulang.

Kling! Kling!

Terlalu merasa cemas tak menentu, Alexa sampai lupa mematikan data saat membuka Message beberapa jam lalu.

Gadis itu mengambil ponselnya begitu pesan masuk bersamaan dengan bunyi notifikasinya.

StevenAnggara's

||Kenapa belum tidur?
||Tidur Al, jangan begadang, nanti sakit. Dan besok sekolah, asal lo tau

00:01

*****

Dirga kecil melirik intens kanan kiri sekitarnya dengan kedua netra tajamnya. Setelah memastikan tidak ada siapapun, Dirga menjatuhkan diri dibalik semak belukar yang hidup liar di belakang toilet sekolah dasar.

Dirga meringkuk dengan kedua tangan memeluk lututnya. Diam-diam, anak laki-laki berseragam merah-putih itu menangis tersedu-sedu.

Dia tidak pernah merasa kehilangan yang sangat mendalam seperti sekarang. Kehilangan ibunya, seperti kehilangan separuh jiwanya.

Ibarat burung, yang kehilangan kedua sayapnya untuk terbang. Kedua sayap itu, adalah ibunya. Yang kapan saja, bisa membawanya bangkit dan terbang keudara.

Tapi setelah sayapnya musnah dan menghilang, Dirga seolah tidak bisa apa-apa. Dia jatuh sedalam-dalamnya, tanpa ada pembatas untuk menepi.

Satu kata yang paling Dirga benci didunia. Yaitu,

Tiffany.

Wanita yang dengan lancangnya menyakiti ibunya dan merebut ayah dari Dirga.

Tiffany mengubah semua alur kehidupan yang sudah tersusun rapi didalam angannya. Bukannya menentang takdir, Dirga tahu bahwa kematian ibunya memang merupakan kehendak sang kuasa.

Namun, jika bukan karena wanita perusak itu, ibunya tidak akan meninggal setragis itu.

“Dirga.”

Dirga tersentak bukan main saat anak perempuan dengan rambut coklat bergelombang berdiri didepannya. Cepat-cepat, ia menghapus air matanya kasar. Lalu, Dirga mendongak perlahan.

“Velin?”

Gadis seumurannya yang disebut Velin itu tersenyum manis hingga matanya sedikit menyipit. Velin memiliki sedikit rona merah muda dikedua pipinya yang lembut. Itu bukan blash on atau semacamnya, namun murni karena asli keturunan Rusia.

DIRGANTARA (SELESAI)Where stories live. Discover now