24. Bertemu lagi?

9.9K 711 38
                                    

Yang minta romance nya kapan, sabar ya sayang, semuanya itu butuh proses & nggak bisa instan.

Kaya biasa, vote dulu sebelum membaca, dan coment sesudah membaca❤️

HAPPY READING⚫


Bau khas rumah sakit menyeruak masuk kedalam indera penciuman, hingga menemani setiap detik waktu kebersamaan.

Didalam ruangan serba putih, dengan pencahayaan yang terang, kedua manusia berbeda gender itu masih saling diam sampai sekarang.

Hanya keheningan, yang senantiasa meyelimuti malam penuh hembusan angin ini dengan elok.

"Kamu itu nekat," setelah lama saling terdiam, akhirnya Alexa memulai lebih dulu. "Kamu itu bodoh, kamu sok berani! Kamu selalu melakukan tindakan tanpa peduli resiko!!" sambungnya.

"Kamu tau siapa Dirga kan?? Kamu tau siapa iblis itu kan?! Kenapa kamu tetep nekat lawan dia, Steven?! Kenapa kamu gegabah??!" Alexa mengomel sampai rasanya tanpa nafas.

Benar, Steven sudah sadar dari beberapa jam yang lalu. Wajahnya tertutup nyaris sempurna menggunakan perban, hingga tinggal menyisakan kedua mata serta mulutnya. Hemm, Steven jadi mirip seperti mumi.

Ah, jangan lupakan bahwa salah satu tangan Steven, tepatnya sebelah kiri, itu tergantung akibat tulang sikunya yang berpindah posisi.

Tangan kirinya terkilir saat Dirga melemparnya hingga menyebabkan tulangnya bergeser. Dan ya, tangannya diharuskan tergantung demi proses pemulihan.

"Maaf," jawab Steven serak. Ia menatap teduh wajah Alexa. "Maaf, karena selama ini___ gue nggak tau kalau lo, diperlakukan rendah sama si brengsek itu." Jelas sekali, saat Steven menekan ucapannya dibait terakhir.

Pancaran amarah, lagi-lagi bersinar dikedua netranya. Steven masih tidak terima, dengan perlakuan bejad Dirga kepada sahabatnya.

Kekalahan, bukan suatu penyesalan baginya. Ini menyangkut Alexa, salah-satu orang terpenting, yang masuk kedalam daftar list kehidupannya.

"Kamu selalu bilang, kalau aku nggak pernah mentingin diri aku sendiri. Tapi nyatanya, kamu yang nggak pernah pentingin diri kamu sendiri!" tegas Alexa. Emosi gadis itu perlahan memuncak, bersamaan dengan kilatan bening yang muncul dikedua bola matanya.

"Kamu itu bego! Lihat, gimana keadaan kamu sekarang ini. Gimana rusaknya keadaan kamu hanya karena perkelahian nggak penting itu!!"

"Kamu nggak perlu berantem sama dia karena aku! Nggak perlu Steven, nggak perlu! Aku benci pertikaian, aku benci!!" luap Alexa geram. Tersulut emosi, hingga gadis itu menitikan air mata.

Cepat-cepat, Steven mendekapnya. Merengkuh tubuh ringkihnya yang bergetar dengan satu tangan. Dia memeluknya erat, sangat erat, seolah tidak akan pernah melepaskannya.

Steven tahu, sangat tahu bahwa Alexa memiliki trauma berkepanjangan akan perkelahian. Insiden kecil dimasa lalu, membuatnya terkurung dijeruji besi sampai sekarang. Ia terpasung, hingga tak berdaya.

"Maaf...."

"Maafin gue...." pintanya dengan mata terpejam dan tangan mengusap kepala Alexa lembut. Bahu gadis itu naik turun menahan isak tangis. Ingat satu hal, dia itu mudah sekali menangis.

Lantas, Alexa balas memeluknya erat walau rasa marah masih melanda. Steven selalu bisa menjadi pelabuhan, untuknya menepi. Laki-laki itu selalu menjadi sahabat terbaik, dikehidupan.

"Jangan lagi..." kata Alexa disela-sela isaknya. Steven tetap memeluknya dengan mengusap kepala bak tengah menidurkan putrinya.

"Al," panggilnya mengalihkan.

DIRGANTARA (SELESAI)Where stories live. Discover now