16. Peliharaan?

11.7K 764 94
                                    

Update update update!!

Semangatin please-_-
Tanpa semangat kalian, aku nggak mungkin bisa dapet ide><

Untuk itu, taburi bintang sebelum membaca❤️

HAPPY READING

Alexa berlari sekuat tenaga setelah Faiz terus mendesaknya, agar segera menemui Dirga sebelum terlambat. Gadis itu panik, ketakutan hingga kedua kakinya lemas, nyaris saja tidak bisa melangkah.

Guru sejarah dikelasnya, baru saja masuk dan akan memberikan ulangan dadakan untuk mengisi nilai di semester ini. Tetapi, Alexa terpaksa berbohong kepada guru tersebut dengan mengatakan, bahwa ia izin ke toilet sebentar dan akan segera kembali.

Dalam hati Alexa berharap, agar Dirga secepatnya mengatakan apa tujuannya memanggil dan membiarkannya bebas. Karena jika tidak, ia mungkin tidak akan mendapatkan nilai, diulangan sejarah kali ini.

Itu hal yang buruk! Dia tidak mungkin meninggalkan ulangan harian yang menjadi salah satu patokan dalam kelulusannya nanti. Ulangan disemester 2 itu penting.

Bruk!

Alexa terperangah, ketika kakinya tak sengaja menendang tong sampah hingga semua isinya tumpah kelantai.

Dia terkejut, hingga tak menyadari adanya tong itu. Sebab, wajah iblis itu sudah ada dipintu kelasnya, bersedekap dada, sambil menyender seolah tengah menunggu lama kedatangannya.

Suasana masih ramai, ada siswa-sisiwi yang sudah masuk kedalam kelas, juga ada siswa-sisiwi yang masih bersantai didepan kelas.

Alexa memberanikan diri melangkah maju.

“M-maaf Dirga, a-aku__”

Plak!

“Kenapa telat, hm?” Dirga berkata sinis, setelah berhasil mendaratkan tamparan dipipi kanan Alexa.

Panas.
Gadis itu memegangi bekas tamparan Dirga dengan syok, Pipinya langsung memerah seperti terbakar. Tamparan laki-laki dengan perempuan itu jauh berbeda. Rasanya sangat sakit, perih bercampur aduk.

Dadanya naik turun meredam amarah juga gejolak besar didalam hatinya. Belum sempat ia protes, Dirga sudah lebih dulu mencengkeram kedua pipinya seperti yang dilakukannya tadi pagi.

Siswa-siswi disekitar lebih memilih untuk berpura-pura tidak melihat, dibandingkan harus terlibat dengan jeratannya.

“Peliharaan, dilarang terlambat.”

Dug

“Arghs!”

Siswa-siswi terkejut bukan main, lantaran Dirga dengan ringannya membenturkan kepala Alexa kedinding kelas. Tidak terlalu keras, tapi tentu saja cukup membuat kepala pusing.

Gadis itu meringis kesakitan sembari memegangi kepalanya yang berdenyut hebat. Tubuhnya oleng, karena benturan itu terlalu mendadak. Bibirnya melengkung kebawah antara malu dan ingin menangis.

“S-Sakit,” rintih Alexa yang masih memegangi kepalanya dengan kedua mata yang terpejam erat.

Dirga memandangnya datar. Tak ada secuilpun ekspresi yang menggambarkan raut apapun diwajahnya.

“Jongkok,” perintah Dirga pasti.

Alexa membuka mata perlahan. Wajahnya merah padam terpaut emosi. Tapi yang bisa dilakukannya saat ini hanya terdiam tanpa perlawanan.

Ingin rasanya dia melawan dan menolak semua apa yang diperintahkan. Namun entah kenapa dia hanya bisa diam tak berkutik, seolah semua sumpah-serapah nya hanya hadir didalam hati tanpa berani menggerakkan perlindungan. 

DIRGANTARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang