20. Sweet and bitter

1K 94 35
                                    

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


Eghhh, Alodia menguap dan merentangkan tangannya. Alodia duduk dan mengumpulkan kesadarannya, tenggorokannya terasa kering. Alodia melihat jam pada hp-nya pukul 23:55 dan 5 menit lagi.

Dan ya, hari ini Alodia berulang tahun yang ke-17 atau sweet seventen. Alodia menatap kosong kedepan, semua kenangan muncul tiba-tiba, antara manis dan pahit semua sudah ia lewatkan.

Caci-maki, pukulan, tuduhan sudah pernah Alodia rasakan sejak kematian abangnya.

Tanpa sadar sebulir airmata turun tiba-tiba. Alodia menghela nafas kasar lalu mengusap airmatanya. Setelah itu, Alodia bangkit dari tidurnya menuju dapur untuk minum. Karena gelas yang di atas nakas kosong, terpaksa ia harus turun.

Kini Alodia sampai di dapur, Alodia membuka kulkas lalu mengambil botol minum. Alodia tidak peduli efek samping karena minum yang dingin ditengah malam.

Alodia meneguk setengah dari isi botol tersebut. Alodia duduk lalu mengambil lilin kecil dari laci dekat meja makan. Alodia menghidupkan lilinya, setelah itu Alodia kembali menatap jam pada hp-nya.

Alodia menghitung dalam hati, memejamkan matanya lalu berdoa.

Perlahan mata Alodia terbuka. "Happy britday buat Acell." gumamnya lalu meniup lilin tersebut.

Fyuhh

Setelah api lilin mati, Alodia mendengar ketukan pintu. Alodia berniat melihatnya, Alodia naik tangga dan dari tempat yang tak jauh dari kamar Azka, Alodia melihat ayah dan bundanya yang didepan pintu kamar Azka dan kue ulang tahun dengan angka 17 yang ditangan bunda Ella. Melihat itu hati Alodia terasa sakit.

Pintu kamar terbuka dan terlihat Azka yang mengusap-usap matanya dan rambutnya yang berantakan.

"Happy britday anak bunda!" seru bunda Ella antusias, mencium kening dan pipi Azka. "Panjang umur sayang, dan segala yang terbaik buat anak bunda," lanjutnya

"Selamat ulang tahun Azka, semoga jadi anak yang bisa membanggakan orangtua." sahut ayah lalu merangkul bahu Azka.

Sadari tadi Azka hanya diam tersenyum tipis.

"Owh iya, ini tiap. Tapi wish-nya dulu," suruh Ella dengan antusiasnya.

Mau tak mau Azka mengangguk, memejamkam matanya dan melipat tangannya lalu berdoa.

Fyuhh,

Bunda Ella lalu menodorkan sepotong kue pada mulut Azka.

"Hmm, kadonya terserah Azka. Azka mau apa? Ntar ayah belikan," ucap Beno.

Tanpa berfikir panjang Azka mengucapkan keinginannya. "Azka mau kita seperti dulu," ucapnya walau tak yakin.

Beno dan Ella lantas menyergit bingung "Maksudnya?" tanya bunda.

Alodia Azella || Narasi, 2020Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt