33. Self injury?

1.8K 112 40
                                    

WELCOME TO MY STORY

HAPPY READING
I HOPE YOUR HAPPY DON'T SAD

♡♡

JANGAN LUPA JEJAKNYA!

JANGAN JADI SILANCE NGGAK BAIK LHO!

JANGAN JADI SILANCE NGGAK BAIK LHO!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Alodia sampai dirumahnya. Kakinya sangat lemas, bagaimana tidak? ia berlari dari rumah sakit hingga ke rumahnya, perjalanan yang sangat panjang.

Alodia masuk ke rumahnya berjalan ke kamar abangnya dulu. Ia menatap nanar ke penjuru isi kamar tersebut. Walau sudah tak lama dipakai, kamar tersebut tetap bersih dan barang tertera rapi. Bagaimana tidak? Bundanya selalu kesini tiap hari.

Alodia menatap kamar tersebut, banyak foto, trofi, dan sertifikat disana. Alodia tak pernah kesini karna larangan bundanya. Tapi sejenak hatinya nyaman, foto dulu masih disana. Foto dirinya dengan Azero, Azka bahkan kedua orang tuanya.

Alodia mengambil bola berwarna orange. Itu adalah bola yang Alodia beli bersama bundanya untuk hadiah Azero yang ke 8 tahun. Disana ada tulisan

"Selamat ulang tahun abang Acell"

Seketika pikirannya lari ke kejadian-kejadian diamana orang taunya mengusirnya, membentaknya, memukulnya sewaktu kecil, dan masih banyak lagi kejadian buruk.

Alodia menjambak rambutnya kuat, hatinya sangat kacau. Tanpa sengaja ia menyenggol bingkai foto hingga akhirnya pecah. Alodia menatap foto tersebut, foto mereka ber-lima.

Alodia mengambil pecahan kaca bingkai tersebut. Dan melupakan emosinya ke tangannya. Lagi-lagi ia mengiris tangannya lagi.

Set,

"Arghh," jerit Alodia. Pertama rasanya sakit, tapi bagaimana jika sudah candu?

Set,

Alodia memejamkan matanya, emosinya tenang sejenak. Dan terlintas lagi wajah bundanya di kepalanya.

Alodia menangis. Air matanya jatuh selalu tak berhenti.

"Acell udah nggak kuat, hiks,"

Hingga akhirnya ia melakukannya lagi sampai banyak garisan disana. Alodia menatap lekat, mungkin ini lebih parah dari biasanya. Lukisannya sangat indah. Tapi Alodia masih merasa dirinya tidak gila, ia masih waras, dan ia tak psikopat yang mencintai darah. Owh tidak, itu bukan dirinya.

Alodia berjalan linglung ke kamar mandi. Setelah disana ia menyalakan air dan duduk dibawah percikan air dari shower tersebut. Menahan perih ditangannya. Sungguh ia lemah.

Alodia Azella || Narasi, 2020Where stories live. Discover now