41. Mimpi buruk

1.1K 71 10
                                    

Cobalah bersabar, injek rem bukan gas.
Tarik nafas bukan tarik tambang.
Elus dada tapi jangan dada tetangga.

••

Haloo kembali lagi dengan Alodia Azella. Gimana, siap baca part 41 nya?

Ayoo, jangan lupa vote dulu dan ramaikan dengan komenan kalian. Jangan lupa share ke laut juga,  ya!

Happy readings! :)

Sma StarLight sangat heboh, bagaimana tidak? Sang ketua basket kembali sekolah setelah sekian lama. Semua kaum hawa menyambut hangat kedatangan Azka.

Azka berjalan beriringan dengan Bayu dan dihampiri Endra dari belakang. "Woi, tungguin, yaelah," teriaknya.

Azka dan Bayu berbalik.

Setelah sampai di dekat temannya, Endra menepuk bahu Azka. "Broo, si Alodia dimana? Kalian nggak bareng?" tanyanya penasaran.

Azka tersenyum kecut. "Kita tetap aja kek dulu, seperti nggak kenal. Jangan bilang juga kalau kita saudara, adek gue nggak suka," ujarnya.

Bayu dan Endra mengangguk-angguk paham.

***


Alodia disambut hangat oleh siswa kelas XI IPS 5. Ciko yang notabenya ketua kelas langsung memeluk Alodia.

"Eh,"

"Kita rindu ibu negara, ya nggak!" antusiasnya. Semua mengangguk mengiyakan.

"Hmm, makasih," setelah mengatakan itu Alodia langsung duduk di samping Reyhan. Banyak yang mendatangi Alodia, apakah dia udah sehat apa sebaliknya.

Setelah berbincang dikit, bell berbunyi dan beberapa menit kemudian guru les pertama masuk ke dalam kelas.

"Kita lanjutkan materi kemarin," ucap bu Ranata sang wali kelas.

"Ya, Buu!"

"Kamu udah sehat, Alodia?"

"Hmm, iya bu,"

"Oke, baiklah. Sebelumnya Ibu mau bicara dulu sama kalian,"

Semua diam, sepertinya wali mereka bicara serius.

"A-apa, bu?" tanya Kinan sang sekretaris kelas.

Bu Renata menghela nafas pelan. "Sebagian dari kelas ini masih saja ada yang berbuat seenaknya, ada beberapa guru yang mengeluh sama ibu, gara-gara nilai, tidak mengerjakan tugas, dan masih banyak lagi,"

Semua diam, bergerak pun tidak, hanya menunduk.

"Ibu sedikit senang karna tidak semua seperti itu, apa kalian tidak ada niat lagi seperti mereka yang sudah berubah? Apa kalian masih melanjutkan sifat dari kelas sepuluh?"

Bu Renata menatap anak-anaknya, terlihat memang ada rasa penyesalan tapi kenapa tidak ada menjawab.

"Ibu tidak ada niat membandingkan kalian, ibu hanya mau kalian menjadi terbaik. Apalagi siswa disini masih saja tak mau mengenal kalian karna sifat kalian,"

"Salah mereka, kenapa mereka menilai kita dari covernya saja," bisik Reyhan tepat di dekat telinga Alodia. Alodia masih sama saja rupanya.

"Reyhan, bisik apa kamu sama Alodia?" Bu Renata berdiri.

Reyhan gelagapan, menyesal sudah. "A-anu bu, saya, hmm,"

"Apa?"

"Reyhan bilang, itu karna mereka menilai kelas kita dari covernya saja," jawab Alodia jujur. Ia tau, bu Renata tidak marah karena sifatnya yang ramah dan tabah, Reyhan saja yang alay. Ya alay!

Alodia Azella || Narasi, 2020Where stories live. Discover now