19. Persahabatan

1K 93 29
                                    

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।


Disebuah taman yang banyak dikelilingi bunga berwarna-warni dan juga banyak kupu-kupu yang beterbangan kesana-kemari.

Disana terdapat seorang wanita yang duduk dipinggir air pancuran, dia Alodia. Jujurnya Alodia tidak tau dimana ia sekarang, tetapi karna keindahan taman tersebut ia terlarut dalam senyumannya.

Banyak jenis bunga yang tumbuh, ada warna merah, kuning, putih, pink dan masih banyak lagi. Alodia melihat sekelilingnya dan matanya tertuju pada tumbuhan yang berada ditengah bunga mawar dan bunga matahari.

Alodia mendekati bunga tersebut, memetik setangkai lalu memejamkan matanya. Alodia membatin apa yang ia sampaikan setelah itu Alodia meniup yang ia pegang.

Fyuhh..

Dan ya, bunga itu adalah bunga dandelion. Bunga yang langka, bunga yang memberi ketenangan. Bunga kecil yang yang terbang ditiup angin. Setiap Alodia melihat bunga dandelion pasti ia memetiknya lalu meminta permohonan lalu meniupnya.

Alodia berbalik dan didepannya ada seseorang. "Abang?" ucapnya terkejut, dia adalah Aciel Azero, abangnya.

Tanpa panjang lebar Alodia langsung memeluknya.  "Ini abangkan? Bang Acell rindu, kenapa abang jahat! Kenapa abang tinggalin Acell sendiri hiks, kenapa bang?!"

Azero tersenyum lalu melepaskan pelukannya, mengangkat dagu Alodia lalu mengusap airmatanya dengan jari jempolnya.

"Hey, siapa bilang Acell sendiri? Abang selalu disamping Acell, abang ada disini," ucap Azero menunjuk dada Alodia.

Alodia menggeleng. "Abang jangan pergi lagi ya, temenin Acell. Acell nggak ada teman, nggak ada yang sayang Acell, hiks, Ac--"

Azero langsung menutup mulut Alodia dengan jari telunjuknya. "Acell jangan ngomong gitu, disana banyak yang sayang Acell. Acell, percaya sama abang, abang akan selalu ada disamping Acell walaupun wujud yang berbeda,"

"Maksud abang?"

"Acell, kan abang udah janji kalau abang nggak akan ninggalin Acell sendiri. Dan Acell harus janji, jangan terlalu menutup diri itu nggak baik Acell,"

"Acell nggak kuat bang, Ac-Acell ikut abang,"

Azero menggeleng lagi. "Acell jangan ngomong gitu, Acell kuat kok. Banyak yang sayang sama Acell, ada babang Azka, teman-teman Azka, dan percaya Acell akan ada orang yang lebih sayang sama Acell. Dan percaya sama abang dan Tuhan, ayah sama bunda akan kembali Acell,"

"Tapi kapan bang, apa Acell sampai pergi?"

"Tuhan yang tau Acell, Tuhan yang buat waktunya itu kapan. Intinya kamu harus kuat dan sabar dan jangan terlalu tertutup,"

Alodia kembali memeluk Azero, Alodia kembali menangis, hatinya sangat sakit.
Pertahanan Azero pudar, matanya yang berkaca-kaca mulai mengeluarkan bulir airmata.

Alodia Azella || Narasi, 2020जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें