35 || SM

60.8K 6K 658
                                    


Revan sedari tadi tak henti-hentinya berdoa, tangan kanannya menggenggam erat jemari istrinya, tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap wajah istrinya dengan lembut. Membersihkan keringat yang terus bercucuran pada dahi istrinya, membisikkan kata-kata penyemangat dan mengecup bibir wanitanya.

"Kamu kuat sayang, kebahagiaan kita bentar lagi lengkap. Bismillah" bisik Revan begitu lembut, mampu membuat Nabila sedikit lebih tenang dan tersenyum meski rasa sakit pada perut serta selangkangannya masih tetap sama.

"Makasih sayang" lirih Nabila dengan suara parau, ia menahan mati-matian rasa sakit.

"Aku jadi takut mau ngehamilin kamu lagi yang" ucap Revan dengan raut khawatir sekaligus kesal, dokter dan suster yang tak sengaja mendengar berusaha menahan tawa.

"Ayang! Malu ih sshh" kesal Nabila diiringi ringisan.

Revan menyengir.

"Dok, ini kapan si lahirannya?" Tanya Revan dengan nada sedikit tidak santai, ia sudah tak tega melihat istrinya meringis kesakitan terus menerus.

Dokter wanita bernama Santi itupun menoleh.

"Sedikit lagi istri anda sudah pembukaan sepuluh pak" jawab Santi dengan sopan.

Revan mengangguk.

Cup!

Revan mengecup pucuk hidung mancung Nabila, senyumnya tak pernah pudar untuk menyemangati Nabila.

"Dikit lagi sayang.." ucap Revan sambil mengelus perut besar Nabila.

"Sudah waktunya, suster tolong dipersiapkan!" Interupsi dokter wanita itu membuat semua sudah siap melakukan proses persalinan.

"Revan, aku takut" cicit Nabila menatap Revan dengan bibir melengkung kebawah.

"Sshtt... Gak ada yang harus ditakutin, kamu berjuang demi anak kita. Seharusnya kamu bangga sayang, kamu bisa berjuang di usia muda demi kebahagiaan aku, kamu, Varo, dan anak kita..." Bisik Revan halus, membuat Nabila menjadi lebih tenang.

Nabila tersenyum tipis lalu mengangguk.

Sinta mengambil gunting khusus dan mengarahkan pada selangkangan Nabila, namun sebelum itu ia sudah menyuntikkan cairan khusus pada Nabila sehingga mampu mengurangi sedikit rasa sakit.

Revan yang melihat Sinta seperti sedang menggunting bagian selangkangan Nabila menjadi ngeri sendiri, tangannya bergerak refleks mengusap kepala Nabila agar tak merasa sakit, namun nihil.

"Ikuti interupsi saya ya, dorong pelan-pelan .."

Nabila mengikuti semua arahan dokter itu.

"AKKHH!!" Teriak Nabila begitu memenuhi ruang persalinan, Revan sampai menangis tanpa suara melihat betapa susahnya berjuang dalam melahirkan.

"Ayo sayang.. kamu bisa" semangat dari Revan.

Beberapa saat kemudian...

Oekk! Oekk!

^_^


"Alhamdulillah.." gumam semua orang yang menunggu di luar ruangan Nabila ketika mendengar suara tangisan bayi.

"pa! Aku jadi nenek huwaaaa" pekik Zahra tertahan sambil menutup mulutnya.

Arka hanya tersenyum, memaklumi sifat istrinya yang memang sering malu-maluin.

"Nek, itu suala adiknya Valo?" Tanya Varo menarik-narik jemari Zahra, Zahra pun menunduk menatap Varo lalu mengangguk dan tersenyum.

I'M YOURS (END)Where stories live. Discover now