42 || SM

57K 5.3K 417
                                    

Beberapa tahun kemudian . . .

Nabila yang sedang memasak tiba-tiba merasakan ada sepasang lengan kekar memeluk dirinya dari belakang, senyum manis terbit dibibir ranumnya.

"Udah bangun?" Tanya Nabila pada seseorang yang memeluknya dari belakang.

"Udahlah bun, kalo belum mana bisa peluk kayak begini" jawab orang itu, dia adalah Varo. Anak dari Nabila dan Revan, yang kini usianya menginjak 17 tahun.

Mendengar jawaban Varo membuat Nabila terkekeh, ia pun berbalik menatap putranya yang sedikit lebih tinggi darinya. Tangannya mengusap rambut hitam kecoklatan milik anaknya itu.

"Mandi gih, ntar sekolah kan?" Tanya Nabila.

"Heem Bun, tapi masih ngantuk, gimana dong" rengek Varo sambil meletakkan kepala nya di pundak sang ibu.

"heh gak boleh gitu! Mandi gih, atau gak bangunin adek dulu sana" tutur Nabila begitu lembut, ia tak akan berlaku kasar pada anak-anaknya jika kesalahan mereka masih bisa dimaafkan.

"Yaudah" pasrah Varo.

Varo pun melangkah menuju kamar Ghania, adiknya yang kini sudah berusia 14 tahun lebih tepatnya masih duduk di bangku kelas 8.

"Ghania bangun" Varo mengguncang tubuh adiknya, jika kalian pikir posisi tidur Ghania itu kalem nan cantik, maka kalian salah! Ghania itu kalo tidur udah kayak mau perang, muter sana muter sini.

"Eungh.. bentar bang" lenguh Ghania manja.

"Gak ada bentar-bentaran! Mau telat lagi? Yaudah, ntar gak usah minta anter abang" ancam Varo yang ternyata tak mampu membuat Ghania bangun.

Varo mempunya ancaman lain.

"Kalo gak bangun si piyik kamu ntar abang jual!" Dan ucapan itu membuat Ghania langsung duduk tegap.

Kalian tau apa yang dimaksud piyik Ghania?

Piyik Ghania itu adalah sekumpulan anak ayam berwarna-warni yang dibelinya, mereka dirawat penuh kasih sayang oleh Ghania.

"Jangan ngadi-ngadi ya bang, adek udah bangun nih!" Kesal Ghania, ia memang selalu kesal jika ada yang mengganggu tidurnya lalu membawa-bawa nama anak kesayangannya, yaitu piyik.

"Makanya bangun buruan!" Ucap Varo ikutan esmosi akibat keleletan adiknya yang satu ini.

"Halah omong tok, metuo!!" Sentak Ghania melempar boneka Dino merah miliknya kearah Varo. (Halah ngomong terus, keluar!)

"Bacot" gumam Varo melempar balik boneka Dino merah, dia fikir dulu adiknya akan menjadi adik Sholeha baik hati serta tak sombong, lah jadinya modelan gini, nyesel Varo dulu biarin bunda sama ayahnya ena-ena produksi anak.

*****

"AYANG DASIKU MANA?"

"BUNDA, SEPATU ADEK UDAH DISIAPIN?"

Varo menggeram kesal mendengar teriakan adik serta bapaknya yang terus memanggil bundanya, bukannya dicari dulu malah kebanyakan tanya.

Bukan apa, ia kasihan dan tak tega melihat Nabila yang sedang menyiapkan sarapan harus kelimpungan sana sini menyiapkan kebutuhan anak serta suaminya sendiri.

Ia sudah tau bahwa bunda tercintanya ini nikah muda, bahkan kini usia Nabila baru menginjak 31 tahun.

Balik lagi dengan Varo yang kini memilih menghampiri bundanya yang terlihat terburu-buru menata makanan.

"Bunda" panggilnya.

"Kenapa sayang? Ada barang nya yang hilang juga?" Tanya Nabila halus sambil tersenyum manis, senyum yang selalu membuat Varo tenang.

"Gak kok Bun, biar Varo yang siapin makannya, bunda urus adek sama ayah aja" ucapnya lalu mengambil mangkuk berisi sup ayam yang berada ditangan Nabila.

Nabila tersenyum lembut lalu mengusap kepala putrnya, dan mulai melangkah menuju kamar nya serta putrinya.

"Punya bapak sama adik kelakuan kek bocah semua" gumam Varo.

Tak lama kemudian Nabila, Revan serta Ghania datang. Dan langaung duduk di kursi masing-masing, disana juga sudah ada Varo yang menunggunya.

"Siapa pimpin doa?" Tanya Revan, keluarganya memang selalu seperti ini. Apabila akan makan bersama, Revan akan menanyakan siapa yang akan mimpin doa dan ada salah satu dari Varo ataupun Ghania nanti yang mengangkat tangannya.

Dan kali ini Ghania lah yang mengangkat benderanya.

Loh ? Salah.

Mengangkat tangannya.

"Pimpin doanya sayang" suruh Revan pada Ghania.

Ghania mengangguk semangat lalu mulai memimpin doa.

Keluarga ini begitu hangat, sebesar masalah pasti akan di bahas dan diselesaikan dengan kepala dingin. Diusia yang bahkan masih terbilang cukup muda untuk mengurus anak, Revan dan Nabila mampu menjadi orang tua yang baik bagi kedua anaknya itu.

Acara makan pun selesai, mereka mulai berpamitan pada Nabila untuk berangkat.

Ghania bersama Revan, dan Varo yang menggunakan mobil sendiri menuju sekolahnya.

"Huh..." Nabila menghela nafas lelah, ia baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah. Mai dari menyuci pakaian, mencuci piring, membersihkan rumah, dll.

Kenapa tak mengangkut asisten rumah tangga saja?

Karena Revan ingin istrinya menjadi istri sepenuhnya, melayani dan melakukan tugas sebagai istri pada umumnya. Ia mendidik Nabila menjadi sosok istri yang baik, dan yang pasti harus bersabar. Nabila dengan senang hati menerima nya, menurutnya suaminya ini berbeda dari yang lain.

"I really love him" gumam Nabila tersenyum kecil saat matanya tak sengaja menatap foto prewedding dirinya dan Revan yang terpampang lebar di ruang tamu itu.

*****

Hai gaes ...

Maaf banget lama up, soalnya aku lagi sibuk banget. Juga belum dapet ide buat cerita, apalagi bunda aku baru lahiran jadi semua pekerjaan rumah aku yang ambil.

Komen ya!!

And

Makasih juga buat 70k readers nya🤧💜

Sumpah aku terharu, dan berterima kasih banget sama kalian, udah setia sama cerita kecil aku ini.

Intinya I Love You Guys !! 💗

I'M YOURS (END)Where stories live. Discover now