Part 29

58 15 7
                                    





Tok....tok....tok.......
(Pintu kamarku diketuk beberapa kali)

"Woi! Bisa cepat dikit gak sih?! Gue udah nunggu satu jam, belum kelar juga dandannya?" tanya jeriko dari luar pintu kamarku.

" Iya bentar, tinggal make maskara," sahutku dari dalam kamar sambil menutup setengah mataku didepan cermin.

Ternyata Jerricko tidak tahan lagi menunggu lebih lama. Akhirnya dengan cepat dia membuka kamarku yang tak terkunci. Dengan wajah sedikit kesal bercampur bosan, dia menghampiriku.

"Sini, Lama bener lu!" ucapnya menarik maskara yang ada ditanganku.

"Sekarang lu melek," pintanya sambil mendekatkan maskara itu ke bulu mataku. Ya, aku memang sedikit kesulitan dalam hal itu, dan aku bahkan tidak tau kalau dia bisa melakukan itu.

Dengan lembut dia mulai meniup mataku agar secepatnya mengering. Aku merasakan hembusan nafasnya yang hangat. Sembari dia meniup mataku yang sedang tertutup. Aku meraih bedak dengan merabanya diatas meja yang sudah terbuka sedari tadi. Disaat aku mulai ingin membuka mata, tiba-tiba.....

"Aaaaaaaa" aku berteriak kesal bercampur ilfil.

Air liur Jerricko memuncrat dan tepat mengenai wajahku.

Tidak lama berselang, akhirnya aku tidak bisa menahan perasaanku dan langsung bangkit bersamaan dengan Jerricko yang juga kaget. Dan....

Brukkk!

Aku tumbang dan terjatuh dipelukan Jerricko diatas lantai. Aku bahkan kaget kenapa bisa sampai terjatuh. Aku pun mulai mencari tau dan ternyata, aku menginjak gaun panjangku.

Aku sangat malu sekaligus deg-degan. Ini pertama kalinya aku jatuh dengan posisi seperti ini. Aku mendengar detak jantung Jerricko yang tak beraturan, dan akhirnya langsung menyadarkanku untuk bangkit. Dan setelah aku berusaha bangkit dan membuka mata untuk melihat keadaan Jerricko, betapa terkejutnya aku yang melihat wajah Jerricko yang penuh bedak putih. Dengan memasang wajah penuh salah aku pun mulai meminta maaf.

"Sorry," ucapku sambil berdiri.

"Lu emang selalu nyusahin!" ucapnya bangkit lalu pergi meninggalkanku tanpa menjawab permintaan maafku.

Tampak raut kesal bercampur marah diwajahnya. Aku yang masih berasa bersalah pun langsung segera membereskan semua agar segera pergi karena sudah membuatnya menunggu.

Berselang beberapa menit kemudian.

"Tunggu gue!" pintaku pada Jerricko yang sudah jauh melangkah kearah mobil. Namun, dia hanya diam membisu. Sikap dinginnya kembali tampak saat itu juga. Dengan high heels pemberian mama, aku mencoba berlarian kecil dan akhirnya sampai juga.

Selama perjalan kami hanya diam. Aku yang duduk dikursi belakang tiba-tiba mendapat pesan dari mama. Dia menanyakan keberadaan kami. Tentu saja aku mengatakan segera sampai. Padahal, mungkin akan butuh waktu yang cukup lama untuk sampai. Karena, tidak tahu mengapa mobil kami tiba-tiba berhenti pada tempat yang tidak asing bagiku.

"Rumah Karin?" batinku kebingungan.

Dan benar saja, dari kaca mobil aku mulai melihat pergerakan Jerricko dan Karin yang mengarah kearahku.

"Ya Tuhan, kenapa harus ada pemandangan seperti ini sih?" rengekku dalam hati.

Entahlah, rasanya jadi aneh. Ingin rasanya lari dari keadaan saat ini. Lari dan terbang ke tempat yang jauh dari pemandangan ini sejauh mungkin yang aku bisa.

"Jadi jomblo gini-gini amat ya. Sad banget." batinku menghela nafas.

Setelah berselang beberapa menit, akhirnya mereka membuka pintu. Aku pikir Karin akan duduk didepan, ternyata dia malah duduk disampingku. Aku pun mulai menyakinkan diriku untuk terbiasa bahwa tidak terjadi apa-apa diantara kami bertiga. Dan alhasil, suasana hening seperti kuburan.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now