Baikan

50 16 6
                                    








Diruang tamu, semua keluarga sudah berkumpul. Ini adalah hari spesial ibuku. Jadi akan ada pesta kecil-kecilan dirumah kami.

Dilain ruang, aku dan pembantu baru kami sedang mempersiapkan kebutuhan lainnya. Dan tiba-tiba, suara bel rumah berbunyi tanda kedatangan seseorang. Seharusnya semuanya sudah datang. Karena aku sudah menghitungnya tadi. Dan jika memang itu Jerricko yang keluar dengan kepentingan lain, seharusnya dia tidak perlu membunyikan bel. Aku jadi penasaran dan langsung mendekati pintu rumah yang berada didepan. Dengan sedikit ragu, aku pun mulai membuka pintu itu perlahan. Dan aku pun terkejut, bukan karena itu sesuatu yang menakutkan melainkan karena kedatangan Karin. Dalam hati yang penuh tanda tanya aku pun menatapnya keheranan.

"Ngapain Lo disini?" tanyaku mengintrogasi.

"Emang gue gak bisa datang kerumah calon suami gue?! Udah minggir, gue mau ketemu sama calon mertua gue" balasnya dengan ekspresi khasnya ingin menerobos masuk. Namun dengan sigap aku langsung mencegahnya.

"Eh, mau ngapain lo?! Ini juga rumah gue, Lo gak bisa masuk tanpa seijin gue." dorongku mencegahnya masuk.

Dan akhirnya mama pun datang tiba-tiba dari dalam setelah mendengar keributan dari kami.

"Ada apa ini ribut-ribut?!" tanyanya sesaat sampai didepan.

Sebelum Karin yang pintar berdrama berbicara aku langsung menyahut mama.

"Mmm.....ini ma,"

"Ini sahabat aku, Karin. Sahabat dekat aku mulai dari SMA. Udah lama gak ketemu jadi agak ribut, kita lagi melepas rindu," jelasku pada mama.

Akhirnya mama pun tersenyum melihat kami.

"Yaudah, ayok masuk. Ngapain ngobrol diluar," ajaknya pada karin.

Aku dan Karin pun masuk kerumah. Tampak ekspresi Karin yang jengkel karenaku. Dia tidak sempat memperkenalkan dirinya sebagai calon menantu kepada mama.

Yang menjadi pertanyaan adalah, Jerricko kemana? Mengapa dia tidak datang bersama Karin? Yasudahlah, itu urusan mereka. Mungkin Karin tidak sabar ingin menjadi bagian keluarga kami jadi dia memutuskan untuk datang sendiri.

Mama mengajak kami keruang tamu sebelum makan malam dimulai. Disana juga ada bibi dan paman yang sedang bercanda gurau. Dan akhirnya kami pun duduk bertiga.

"Kamu mau minum apa?" tanya mama pada Karin.

"Gak usah repot-repot tante, ntar aku ambil sendiri aja" jawabnya dengan senyum manis. Layaknya sebagai calon menantu yang baik dan benar.

"Yaudah, nanti kalo butuh apa-apa kamu tinggal bilang sama Kayla,"

"Oh iya, kalian udah kenal dekat sejak kapan?" tanya mama membuka pembicaraan.

"Udah lama tante, sampai-sampai Kayla udah aku anggap sebagai saudari ku sendiri. Ia kan key?" tanyanya menatapku penuh harapan agar aku tidak mengacaukan maksudnya.

Dalam hatiku berkomentar "kalo emang lu udah anggap gue sebagai saudara lu, kenapa lu tega ngambil punya saudara lo?"

"Iyalah, kalo enggak, nggak mungkin Lo disini" jawabku berusaha kompak dengannya. Kami pun larut dalam sandiwara.

Percakapan kami pun berakhir ketika Jerricko datang tiba-tiba. Tampak Karin begitu bersemangat menyambut kekasihnya itu, begitu juga Jerricko yang tersenyum manis melihat Karin. Dan seperti janjiku pada hatiku, aku tidak akan cemburu. Namun pada kenyataannya, aku tetap cemburu. Bukan karena Jerricko dan Karin pacaran, melainkan membayangkan kenapa aku tidak bisa mendapatkan cinta, setidaknya seperti cinta mereka. Malahan yang terjadi adalah pacaraku malah selingkuh dengan sahabatku. Padahal kisah cinta kami baru dimulai, masih begitu hangat namun harus berakhir dengan tragisnya. Aku benar-benar iri pada mereka. Seketika itu aku pun mulai terbayang-bayang dengan kejadian semalam. Sebuah drama pendek yang menyedihkan membayangi pikiranku lagi dan lagi. Jerricko pun hanya memandangi Karin lalu pergi lagi.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now