The Wedding day

81 21 4
                                    

"To Love Another Person, Is To See The Face Of God"


Mentari pagi ini mulai menerobos jendela kaca dikamarku. Seketika kupandangi taman dari jendela kamar, ternyata juga ikut berseri menyambut kehangatannya. Embun pagi menetes memberi pertanda hari mulai siang. Aku segera bangkit dari kamar tidurku. Seketika mataku ku buka, suara bisik dari lantai bawah mulai mengusik telingaku. Kuraih pintu kamar untuk meninggalkan kehangatan didalam kamar. Langkah demi langkah pun mulai kulangkahkan menuju lantai bawah.

Hari ini adalah hari yang sangat spesial bagiku. Hari yang tepat tercantum di undangan yang beredar beberapa hari yang lalu. Sebenarnya ada sedikit perasaan sedih meski hanya sedikit, seharusnya aku tidak melakukannya.

Kupandang sekeliling rumah, sepertinya semua orang sedang sibuk mempersiapkan hal- hal yang dibutuhkan untuk pesta pernikahan papaku. Belum lama aku berdiri, seseorang yang tidak aneh bagiku segera mendekatiku.

"Hey, Kayla! What are you doing in here? Go to the badhroom. Harry up! You gak tau ini hari spesial papa kamu?! kita gak boleh telat!" ucapnya benar-benar lebay.

"But wait, aku belum kasih tau kamu nama aku. Well. You cukup call me uncle Hans," ucapnya lagi.

Seketika aku benar-benar ilfil dengan sikap dan cara bicaranya yang seperti itu. Tapi tidak apa-apa. Bagaimana pun, dia itu bakalan jadi paman ku. (Hadehhh.......)

"Kamu mau cariin papa kamu kan?" tanya paman Hans padaku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Kamu tenang aja, semua segala sesuatu nya sudah uncle atur sedemikian rupa," ucapnya lagi.

"Kalau begitu aku mau ketemu papa," ucapku sembari melangkahkan kaki.

"Eitss! No no no. Kamu belum bisa ketemu papa kamu sekarang," cegahnya

"Kenapa om?" tanyaku ingin tau.

"Kamu mau tau alasannya?! Sini uncle tunjukkin!" ucap paman Hans menarik tanganku.

Dia membawaku ketempat riasan.

"Kamu tukar pakaian dulu," perintah paman Hans sambil menyodorkan sebuah dress padaku.

Tanpa banyak tanya aku hanya menerima dress itu.

"Udah sono," perintahnya lagi.

Segera aku meninggalkan tempat itu lalu bergegas untuk mandi dan ganti pakaian. Ternyata dress nya begitu pas untukku. Aku mulai berfikir kenapa paman Hans memberikannya padak. Padahal kan kemarin aku sudah membeli dress untuk hari spesial ini.

Tanpa pikir panjang lagi, segera kupakai dress itu. Sesekali aku berputar untuk mengecek keadaan dress-nya.

"Alika benar! Kamu itu cantik Kayla. Kamu itu seperti bunga yang sedang mekar. Percayalah, kamu bakalan dapat cowok yang lebih baik dari Jerricko," batinku sembari tersenyum didepan cermin.

Setelah selesai berdandan, aku mulai turun lagi untuk mengecek keadaan. Aku tidak melihat paman Hans dari atas tangga.

"Aman," ucapku dalam hati lalu melangkah lagi.

Dari tempatku melangkah, aku mulai mengecek satu demi satu ruangan untuk mencari dimana papa bersiap-siap. Setelah mengecek beberapa ruangan, akhirnya ketika tanganku meraih gagang pintu kamar papa, aku pun melihat sosok ayah yang membesarkanku selama ini. Dia sangat tampan. Seketika tersadar, aku lupa untuk mengetuk pintu. Hal itu membuah papa menoleh ke arahku tiba-tiba. Kami pun hanya saling pandang akhirnya.

"Maaf ya pa, aku lupa mengetuk pintu," ucapku tidak enak.

Namun, dia hanya tersenyum lalu meraih jam kesayangan nya lalu menggunakannya.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now