Part_16

73 19 6
                                    


Pagi yang begitu cerah, membuka lembaran baru pagi ini. Mata yang begitu dalam terpejam akhirnya berusaha untuk kubuka. Segera aku bangkit dari tempatku tertidur semalam. Dan aku tersadar akan sesuatu yang membuatku cukup aneh.

"Bukannya semalam aku tidur disofa ya?" tanyaku dalam hati. Lalu kembali mengingat kejadian semalam.

Aku benar-benar mengingat kalau semalam aku memang benar tidur di sofa. Dan setelah dipikir-pikir, mungkin saja aku sedang bermimpi. Jadi, aku memutuskan untuk menepuk pipiku dan...

"Aww.... bukan mimpi," ucapku kesakitan.

Aku mulai kepikiran kalau Jerricko yang telah menggendongku kekamar semalam, karena tidak ada orang dirumah selain aku dan dia. Aku jadi senang karena Jerricko melakukan hal itu untukku.

"Makasih," ucapku sembari merapikan tempat tidurku lalu keluar menuju dapur.

Dengan wajah berseri-seri, aku mulai memeriksa dapur. Dan setelah diperiksa, sepertinya bahan-bahan makanan sudah habis.

"Yah, aku masak apa donk?" keluhku disaat hanya melihat tepung dan dua butir telur.

Segera aku mengeluarkan semuanya diatas meja.

Sembari berpikir, aku memutuskan untuk masak telur saja. Sembari mencari alat, aku mendengar suara langkah yang mendekati dapur, segera tanganku berhenti ketika langkah itu berhenti dan tepat dibelakangku.

Seketika aku berbalik, betapa terkejutnya aku yang langsung melihat Jerricko sudah tepat didepanku.

"Lo ngapain disini?" tanya Jerricko padaku yang berusaha mundur.

Kehadirannya memang hampir seperti hantu.

"Gu..gu..gue.. mau masaklah, emang didapur mau ngapain?" jawabku terbata-bata.

"Emangnya lu bisa masak?" tanya Jerricko lagi.

"Bisalah,,, orang cuma masak telor doank kok," jawabku ketus.

"Jadi, ni tepung buat apa?" tanya Jerricko lagi yang membuat ku mulai jengkel.

"Lu mau buat apa cobak?" tanyanya lagi mulai tertawa kecil penuh dengan ejekan.

"Udah sini, biar gue aja yang masakin," ucapnya sembari menarik alat yang sedari tadi kupegang.

Karena Jerricko sudah mengambil alih, aku hanya bisa memperhatikannya disaaat memasak. Selain dengan tampilan memikat, ternyata dia juga bisa memasak. Sesekali pandanganku mulai tertuju pada sorot matanya. Dan akhirnya omletnya hampir selesai. Setelah selesai membuat omlet itu, segera dia hidangkan diatas piring. Aroma dari omlet itu benar-benar membuatku lapar.

Aku berpikir kalau omlet itu dibuatkan untukku, ternyata, omlet itu dia bawa keatas meja makan, lalu  dinikmatinya sendiri. Padahal, tadi dia bilang kalau mau masakin omlet itu buat aku.

Melihat dia menikmati omlet itu, aku jadi geram.

"Dasar abang gadak akhlak!" umpatku lalu melempar telur yang tersisa. Dan telur itu benar-benar mendarat tepat dikepalanya.

Setelah tersadar dengan apa yang kubuat, aku jadi khawatir. Aku mulai mengamati Jerricko yang mulai berhenti makan dan mengarahkan tangannya pada sisa telur yang melekat di kepalanya.

Dengan wajah menyesal, aku pun mendekatinya.

"Gawat, kalau dia marah gimana? Aduh.... Habislah aku," batinku mulai ketakutan.

Namun setelah kuamati lebih lanjut, dia tidak menunjukkan wajah sangar.

Hanya saja, dia mual.

Secara tiba-tiba dia pun langsung bangkit dari kursinya. Sontak kaget aku pun langsung lari kearah meja yang saling berhadapan dengannya.

"Lo pikir gak sakit apah?!" bentaknya padaku yang mulai takut.

"Tenang Kayla, lu bisa hadapin Jerricko. Dia nggak mungkin bunuh Lo," batinku menenangkan diri.

"Lagian kan, Lo yang mulai, Lo yang cari gara-gara sama gue," ucapku membela diri.

Dia berusaha menahan amarahnya disaat melihatku yang berusaha membenarkan diri.

Seketika memalingkan pandangan pada arah lain, dia pun melihat tepung yang terletak diatas meja. Seketika itu juga, matanya pun berbinar menarik senyum licik.

Aku berfikir bahwa dia akan begitu marah padaku, tapi sepertinya dia tidak separah itu.

Diraihnya tepung itu dan mulai mendekatiku.

"Lo mau ngapain?!" tanyaku seketika langkahnya mendekat.

Sontak aku pun berusaha lari dengan berputar dimeja makan. Namun dengan cepat dia bisa mencegatku.

"Lo bilang apa tadi?! Abang yang gak ada akhlak?!"

"Nih dari abang yang gadak akhlak!" ucapnya sambil menaburkan tepung padaku.

"Seharusnya Lo berterimakasih sama gue karena gue udah ajarin lu masak. Dan harusnya, Lo makan omlet pagi ini, tapi karena telornya udah dikepala gue, Lo bisa apa?,"

Dia diam sejenak lalu mendekatkan tubuhnya padaku.

"Bego!" ucapnya seketika itu lalu berbalik melangkah kearah omletnya.

Dan akhirnya Jerricko membiarkan aku yang masih berdiri dengan keadaan mandi tepung.

"Gue ben.....ciiiiii....!" pekikku dalam hati sambil meraih tepung yang masih tersisa dan langsung melemparnya pada Jerricko.

Suasana dapur saat itu pun jadi berantakan. Tepung berhamburan dimana-mana. Aku yang menganggap Jerricko marah malah tercengang, Karena akhirnya kami malah main siram-siraman tepung.

Entahlah, lama-lama kami malah jadi tertawa satu dengan yang lain hingga akhirnya dihentikan oleh bel rumah yang berbunyi.

Seketika kami berhenti tertawa, kami pun tediam. Entah Jerricko, ataupun aku, kembali menyadari sesuatu yang aneh yang seharusnya tidak ada diantara kami. Dan dikeheningan itu, kami pun saling menatap.

"Ding-dong" (suara bel rumah berbunyi untuk beberapa kali)

Akhirnya bel rumah pun kembali mengisi keheningan diantara kami.

"Gue mandi dulu," ucapnya tiba-tiba. Ucapan yang begitu singkat dan dingin, lalu dia pun meninggalkan ku.

Aku yang masih terdiam ditempat kami berdiri pun segera melangkahkan kaki menuju pintu rumah dan membukanya.

"Kayla? Kamu kenapa?" tanya mama khawatir ketika melihatku muncul dengan penampilan seperti ini.

Papa yang baru saja sampai juga dibikin kaget olehku. Segera dia memeriksaku dan langsung berlari kedapur.

"Pa...itu...itu hanya tepung," seruku mengikuti langkah papa.

Setelah sampai didapur, dia pun mulai mengamati keadaaan dapur.

"Apa kau mencoba untuk membuat kue? Apa alatnya rusak? Alatnya tidak mengenaimu kan?!" tanya papa khawatir.

"Aku tidak membuat kue, aku...aku cuma buat omlet kok pa," ucapku menenagkan papa.

"Tapi...kenapa berantakan seperti ini?" tanya papa heran.

"Sudahlah, dia mungkin ingin belajar," ucap mama yang juga sudah tiba didapur lalu mengambil kemasan tepung.

"Kamu benar-benar membuat papa khawatir. Ya sudah, segera bersihkan dapur ini, lalu mandi. Setelah itu, kita makan pagi bersama,"

"Oh iya, Jerricko mana?" tanya papa lagi.

"Lagi mandi," ucapku sambil membersihkan dapur.

"Kenapa sih, gue harus punya Abang kayak lo?!" tanyaku jengkel dalam hati sembari membersihkan bekas telur dilantai.









Nest part ditunggu ya guys😊

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now