Pesta ulang tahun

122 49 8
                                    


"Mereka terlihat bercahaya dari kejauhan. Memberi kelengkapan dalam setiap lilin yang menyala satu demi satu".





Aku duduk tepat didepan cermin. Kuperhatikan jam yang melekat didingding. Rasanya berputar sangat cepat. Aku bahkan belum selesai memilih satu dress untuk dikenakan malam ini. Di malam spesial ku.

Satu per satu kupasangkan dress yang cukup manis menurutku. Tapi tetap saja belum ada yang menurutku cocok untuk dikenakan. Karena bosan, aku memutuskan untuk turun melihat kondisi sekitaran rumah.

Dari atas anak tangga kuperhatikan papa yang begitu repotnya mengurusi penataan tempat ulang tahunku. Sesekali aku tersenyum melihat tingkahnya yang kadang kelihatan cerewet mengomentari para pekerja yang menata ruangan itu.

Setelah berselang beberapa menit, aku pun melihat sebuah kue yang ukurannya cukup besar telah sampai. Tampaknya papa benar benar mempersiapkannya.

Karena sudah lama berdiri, aku memutuskan untuk menghampiri papa disana.

Papa menoleh ke arahku.

"Key. Ngapain kesini? Seharusnya kamu sudah bersiap siap. Pestanya bakalan dimulai loh," seru papa sambil merapikan beberapa alat yang berantakan diruangan itu.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataannya. Dan tampaknya dia mengerti maksud senyumku.

"Jangan bilang ini soal pakaian lagi?"

Papa berhenti melakukan kegiatannya.

Aku pun senyum menyeringai karena tebakannya benar. Namun tetap saja kucari alasan agar papa tidak memarahiku.

"Kayla cuma mau lihat-lihat aja kok pah," Aku memutar bola mataku keseliling ruangan.

Papa menatapku penuh maksud. Sehingga aku berhenti berakting.

"Iya-iya. Kayla siap-siap," seruku sembari memutar tubuhku.

"Papa juga ikut dalam pesta, kenapa gak ikut siap-siap juga?"

Aku baru ingat, dia bersiap-siap tidak membutuhkan waktu yang lama seperti ku.

***

Aku mulai berdandan sebisaku. Singkatnya semua kulakukan sendiri. Dengan riasan seadanya. Aku rasa sudah cukup.

Sejenak aku memalingkan wajahku kearah foto di meja belajarku. Kuraih dan kuperhatikan. Sesekali aku mengusap foto itu. Ya. Disitulah aku bisa memandangi wanit tercantik yang pernah kulihat. Mamaku.

"Kayla udah 18 tahun loh ma. Rindu deh, pen peluk." ucapku lirih sambil memandangi foto itu.

Memang begitu berat rasanya merindukan orang yang tidak akan pernah kembali. Dan benar, aku sedang merasakannya.

Setelah lama memandangi foto itu, aku baru tersadar kalau pintu kamarku terbuka.

Kutaruh foto itu kembali ditempatnya. Sudah ku pastikan kalau ada seseorang disana.

"Omah?" panggilku pada wanita tua kecintaan kami.

Apa yang ingin dia lakukan disini?

Dari pintu kamar omah memperhatikanku. Bukan kali ini saja dia melihatku dengan foto ini. Terkadang dia juga ikut bersedih, tapi dia selalu mencoba menguatkanku agar tetap semangat dan jangan menangis.

"Kayla jangan nangis. Jangan cengeng. Nanti cantiknya ilang lho," nasehat omah yang kemudian datang menghampiriku. Lalu dia mengelus lembut rambutku. Begitu setiap waktu. Bahkan sampai saat ini.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now