Perasaanku

69 15 5
                                    

"Takdir membawamu padaku, tetapi hanya untuk sekedar singgah."











Hari demi hari berjalan terus tanpa menoleh kebelakang. Seharusnya dia menyadari, ada aku yang menyesali pertemuan pada waktu yang tidak bisa diputar kembali. Aku ingin memutar waktu kembali seperti semula. Dimana tak ada cinta yang membuatku merasakan luka. Nyatanya, waktu tidak bisa diputar. Dan semuanya harus aku jalani sesuai alur ceritanya.

Matahari belum tenggelam kebarat. Sinarnya masih menembus kaca-kaca dikamarku. Dimana aku duduk terdiam menatap cermin. Aku sungguh menjadi bodoh karena cinta.

Ini adalah tahun terakhir aku berada dikursi SMA. Banyak kenangan yang sudah kulalui sampai saat ini. Dan yang paling menyedihkan adalah soal cinta. Aku pernah jatuh cinta, tetapi sahabatku juga jatuh cinta kepadanya. Dan ini adalah yang kedua kalinya. Apa mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan? Apa tidak ada orang lain selain dia? Mereka menyakitiku.

Aku ingin Fray menelponku malam ini, dan mengajakku sebagai pasangannya dalam pesta dansa akhir sekolah sebelum ujian kelulusan. Namun, sampai saat ini dia tidak menelponku sama sekali. Sikapnya sedikit berubah setelah beberapa hari yang lalu. Sekarang aku menyadari, hatinya bukan untukku sepenuhnya.

Aku pun kembali mengecek hpku. Tidak ada notifikasi darinya.

Setelah beberapa menit, hpku pun berbunyi lagi. Dengan sigap aku pun mengecek hpku. Bukan Fray. Seketika itu juga aku kembali lesu dan mengangkat telepon dari paman Hans.

"Halo paman," ucapku memberi salam.

"Malam Kayla, kamu lagi ngapain?" ucap paman dari seberang telepon.

"Enggak kok paman," ucapku.

Sebenarnya suasana hatiku lagi hancur. Aku lagi gak mood buat ngomong. Karena paman Hans yang nelpon, aku pun berusaha untuk kembali normal.

"Baguslah, uncle boleh minta tolong gak?" tanya paman Hans.

"Mmm.... Minta tolong apa ya paman?' tanyaku lagi.

"You remember kan cewek yang kita jumpa di kafe?" tanya paman Hans lagi.

"Ingat paman," jawabku.

"Gimana ya bilangnya,"

"Untuk pertama kali dalam hidup uncle merasakan ini, uncle mau melamar dia, tapi uncle gak berani, jadi malam ini kamu bisa gak bantu semangatin uncle?"

Aku pun berfikir sejenak akan ucapannya.

"Maksudnya gimana sih?" tanyaku dalam hati.

"Mmm... Yaudah deh paman, jam berapa?" tanyaku.

"Nanti aku kabarin,"

"Sehabis malam ini, kamu boleh minta bantuan uncle," ucapnya.

"Serius nih paman?" tanyaku benar-benar ingin tahu.

"Iya, uncle serius...."

"Yaudah paman, sampai jumpa disana," tutupku.

Karena aku punya job malam ini, segera aku bersiap-siap.

Seperti yang paman katakan, aku akan menemaninya. Aku pun memasuki sebuah kafe yang cukup mewah sesuai nama kafe yang paman katakan. Aku pun mulai duduk dan menunggu. Setelah beberapa menit berlalu, aku pun melihat sepasang kekasih sedang berjalan menuju meja yang tidak jauh dariku. Segera aku melambaikan tangan pada paman Hans. Dia hanya memberi senyum padaku. Aku yang masih menatap paman pun diberi jempol olehnya. Menandakan dia sudah siap. Aku pun membalasnya dengan memberi jempol. Beberapa menit pun berlalu. Suasana mereka hanya saling pandang dan malu-malu. Aku pun jadi bingung.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now