Kedua Kalinya

58 16 7
                                    


"Jika kamu adalah senja yang dikirimkan untukku, aku ingin kamu menemaniku sebelum waktu menjemput malam nanti."

___________________






"Tunggu deh, kayaknya mama gak suka yang itu," komentar Jerricko disaat memilih hadiah yang akan kami berikan pada mama.

"Bukannya kamu yang milih ya?" tanyaku memperjelas. Karena kami sudah memilihnya dengan diskusi yang panjang setengah jam yang lalu.

"Tunggu dulu deh mas," pintanya pada penjaga toko yang hendak akan membungkus hadiah itu.

"Kira-kira kamu suka yang mana?" tanya Jerricko lagi meminta pendapatku.

Aku sudah mengatakan setengah jam yang lalu kalau hadiah yang mana aja aku setuju. Keduanya sama sama menarik. Tapi dia tidak juga berhenti meminta pendapatku.

"Yaudah, ambil dua-duanya," jawabku singkat.

Dia pun masih aja mencoba meneliti barang itu. Sedangkan aku berhenti untuk mencampuri dan mencoba melihat-lihat sekeliling kami dan akhirnya aku berhenti disatu tempat dengan pemandangan yang mengejutkan, dimana pemandangan itu mampu membuatku tercengang tidak percaya dengan apa yang kulihat. Ini untuk yang kedua kalinya. Kedua kalinya aku melihat pacarku jalan dengan sahabatku sendiri.

Dari jauh aku memperhatikan mereka dengan santainya melangkah ditempat ramai itu. Dengan keberanian, aku berusaha melangkah kearah mereka. Kusiapkan hatiku untuk menghadapi masalah ini. Kulangkahkan kakiku lagi dan lagi. Dan akhirnya tidak sengaja mata sayup Fray memandang kearahku. Kakinya berhenti melangkah pelan setelah memastikan yang dia lihat adalah aku.

Aku pernah menonton drama dengan kejadian seperti ini. Dibeberapa drama. Pacar asli datang menemui selingkuhan pacarnya dan langsung menamparnya. Dikejadian lain, pacar asli datang dan menampar pacarnya sendiri. Menurutmu, yang mana yang akan aku lakukan?

Aku melangkah lagi dan lagi dan akhirnya tiba didepan Fray dan Alika.

Perasaanku sudah dipenuhi amarah. Aku ingin menjadikan mereka layaknya kertas yang harus dihanguskan. Merobek, meremas dan menginjak-injaknya. Aku ingin mengucapkan kata-kata kasar didepan mereka tanda kekesalan hatiku pada mereka.

Tapi............

Aku tidak sanggup! Aku tidak bisa menyakiti mereka dengan emosiku.
Dan semua terhenti seketika hatiku menyadarkan pikiranku.

Akupun menatap mata Fray dengan kekecewaan. Dan Fray pun menatapku penuh dengan keterkejutan disaat aku sudah berada di depan matanya. Aku tidak bersuara sama sekali. Dalam pikiranku, hanya ada satu keyakinan. Jika memang cinta, dia tidak akan mendua. Jika memang mendua, berarti dia tidak cinta. Untuk apa memaksakan cinta. Toh ujung-ujungnya aku yang akan tersakiti dengan kebohongan yang akan selalu dia tutupi.

"Kamu jangan salah paham, aku bisa jelasin." 

Sebuah kalimat singkat yang Fray ucapkan berharap dapat menenangkanku. Dia pikir aku sebodoh itu dengan mudahnya menerima perkataannya yang bahkan anak kecil pun bisa ucapkan. Dengan tersenyum aku pun membalas perkataannya.

"Aku pacar kamu kan?" tanyaku pada Fray yang berdiri disamping Alika. Namun dia hanya menatapku dengan terdiam.

"Key, ini gak seperti yang kamu bayangkan," ucapnya lagi berusaha menjelaskan dan mencoba meraih tanganku. Namun, dengan sigap aku langsung menepisnya.

"Ini alasan kamu selalu sibuk?" tanyaku lagi.

"Kalo kamu anggap aku sebagai pacar kamu, kamu gak seharusnya jalan sama cewe lain!" ucapku dengan nada yang sedikit meninggi sambil menunjuk Alika.

"Aku cuma mau bantuin sahabat kamu doank kok,"ucapnya membela diri.

"Sahabat?!"

"Sahabat macam apa yang tega jalan sama pacar sahabatnya sendiri Fray?!" tanyaku dengan emosi.

"Makanya dengarin dulu," ucapnya berusaha meminta kesempatan untuk berbicara. Sedangkan Alika hanya terdiam ditengah pertikaian itu.

"Mau buat alasan apa lagi?! Kamu mau bilang nemanin dia belanja? Atau, nraktir dia karena kita udah berhasil jadian?!." tanyaku semakin marah.

"Aku baru ngantar dia dari rumah sakit,"

"Dan......."

"Gue yang ajak dia, dan gue yang selalu minta Fray buat nemanin gue" potong Alika tiba-tiba buka suara.

Akhirnya Fray terdiam tanpa membela diri lagi. Dan semua sudah tampak jelas bagiku.

"Semuanya udah jelas," ucapku melanjutkan perkataan Alika sambil menatap Fray lirih.

Mereka berdua memang benar-benar sudah keterlaluan. Tega-teganya mereka melakukan itu dibelakangku.

"Key, maafin aku." ucapnya lirih mendekatiku.

"Aku seharusnya gak memulai semua ini. Aku gak seharusnya menyebabkan semua masalah ini."

"Aku....  aku gak bisa berbohong lebih jauh lagi kayla, aku gak bisa bohongi perasaanku lagi, maaf-in aku." ucapnya pelan menatapku.

"PUTUSKAN AKU SEKARANG," pintanya sambil menatapku.

Sebuah kalimat singkat yang mampu membuat hati dan mataku berlinang air mata. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Fray memintaku untuk memutuskannya disaat aku mulai mencintainya. Dia melakukannya karena Alika. Dia jatuh cinta pada sahabatku.

"Kenapa Fray, kenapa disaat aku membuka hati untukmu, kamu malah memilih untuk pergi?" batinku yang masih bungkam menatapnya.

Aku benar-benar tidak percaya akan patah hati lagi oleh sahabatku untuk yang kedua kalinya. Jika tahu begini, aku tidak akan menerima cinta Fray sebagai hadiah ulang tahunku waktu itu. Dan aku tidak akan mencoba jatuh cinta padanya sama sekali.

Aku belum siap untuk semua ini. Belum sama sekali.

Tanpa memberi jawaban apapun, aku langsung beranjak dan meninggalkan Fray. Namun, aku berhenti melangkah ketika sudah berada didepan Alika. Alika pun hanya terdiam melihatku. Dengan penuh rasa kecewa, tangan kananku langsung melayang dipipinya dan........

Aku menamparnya.

"Kamu gak akan bahagia dengan cara ini Ka," ucapku pada Alika dan langsung beranjak pergi.

Kulangkahkan kakiku lagi dan lagi. Mataku menjadi perih. Langkahku terasa berat, dan hatiku semakin hancur. Kini bukan Alika lagi yang tersakiti, tapi aku. Aku yang mulai jatuh cinta kepada orang yang mencintai orang lain.

Aku berlari semampuku, dan sesampaiku diparkiran, aku pun melihat Jerricko sedang menantiku sambil bersandar disamping mobil. Dari kejauhan dia menatapku kebingungan. Sedangkan aku hanya bisa berusaha menutupi kekalutan hatiku yang sedang terpampang jelas diwajahku.

"Lu kenapa?" tanyanya bangkit dari posisi sandarannya dimobil disaat melihat aku hampir sampai.

Aku hanya diam. Dan disaat aku berusaha ingin membuka pintu mobil, tangan lembutnya langsung menarik tanganku.

"Lu cerita sama gue, siapa yang buat Lo nangis?" paksanya berusaha ingin tau.

"Kalo gue kasih tau lo, emang lo bisa apa?!" bentakku pada Jerricko ketika tak bisa menahan emosi.

Akhirnya dia diam dan hanya menatapku seakan mengerti dengan perasaanku. Dengan lembut tangannya mulai menyentuh pipiku. Dengan pelan dia menghapus air mataku. Dengan tatapan pasti yang mungkin membuat siapa saja tidak tahan dengan tatapannya. Aku menundukkan kepalaku sejenak. Karena aku benar-benar malu menangis karna cinta, dan tak ingin menceritakankannya pada Jerricko.

"Kalo gak mau cerita juga gak papa, it's okay." ucapnya padaku sembari membuka pintu mobil. Segera aku masuk dan langsung menutup pintu. Begitu juga dengan Jerricko yang langsung masuk dan mulai menyetir. Mobil kami pun melaju.






Next guys....

SEBELUM KAMU(TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora