Sulap Uncle Hans

57 15 4
                                    

"Hati dan pikiranku memang milikku, tetapi mengapa pengisinya hanya dirimu?"

_____________________









"Kamu udah cantik, kenapa masih minta dibuat cantik?!" tanya paman Hans yang duduk menyetir disampingku.

"Hmm... Gak kenapa sih paman, aku cuma mau tampil berbeda aja malam ini." jawabku kepada paman Hans.

Sesuai perjanjian kami beberapa hari kemarin, dia akan membantuku untuk melakukan sesuatu karena aku sudah membantunya waktu itu. Aku memintanya untuk menyulapku malam ini. Malam perayaan dimana semua angkatan sederajatku akan berkumpul sebagai bentuk perpisahan menuju ujian akhir sekolah. Entahlah, aku begitu menginginkannya untuk saat ini.

"Percaya deh sama uncle, kamu itu udah cantik banget. Dan uncle yakin, pasti banyak cowok yang naksir sama kamu yang natural." ucapnya lagi tersenyum padaku.

"Paman bisa aja!" ucapku malu.

"Dan satu lagi, cowok yang sama kamu saat ini pasti sangat beruntung dapatin kamu," ucap paman Hans lagi.

"Kok paman bilang gitu?" tanyaku penasaran.

"Yah, secara gitu lho, kamu itu cantik, manis, baik, pintar, imut lagi," jawab paman Hans yang lagi-lagi membuatku menarik senyum malu bercampur senang karena kege-eran.

"Dan paman yakin, dia gak bakalan ninggalin kamu," sambungnya.

"Jadi begitu ya,"

"Yes babe, you are seperti permata," jawabnya mantap.

"Benarkah, berarti aku sangat berharga," gumamku.

"Tapi paman.....  Jika memang aku sudah seperti sebuah permata, mengapa dia masih meninggalkanku?" tanyaku lirih dan tiba-tiba.

Paman Hans pun yang mendengar pertanyaanku hanya terdiam sambil melirik kearahku. Mencoba mengerti keadaanku.

"Baru putus?" tanya paman Hans.

Akan tetapi aku hanya diam.

"Saat ini dia sedang mencampakkanku, 'kan paman?!" tanyaku lagi tanpa menjawab pertanyaannya.

"Bukan seperti itu," protesnya atas ucapanku.

"Mungkin saja kamu itu bukan orang yang tepat buat dia," sambungnya.

"Tapi ini gak adil!" ucapku tidak dapat menahan luapan isi hatiku.

"Aku selalu kepikiran, kenapa aku gak pernah bisa dapatin cinta seperti yang aku impikan, disaat aku mulai jatuh cinta, aku selalu terluka oleh orang yang aku cintai," ucapku berusaha menahan air mata. Dan kali ini aku benar-benar curhat kepada paman Hans.

Paman Hans berpikir sejenak.

"Dia selingkuh?" tanya paman Hans yang mendengar curhatanku.

"Dia respon sama sahabat aku yang juga suka sama dia," jawabku pada paman Hans.

Dia pun hanya diam sambil memikirkan solusi yang hendak akan dia berikan padaku untuk mengosongkan semua beban dihatiku.

"Paman jadi ke ingat sama perkataan orang yang bilang, kalau misalnya kita sebagai sahabat belum pernah naksir sama satu orang, berarti belum sahabat namanya," dia mencoba menghiburku sambil menatapku.

"Tapi memang sakit sih, tapi... Itu lebih baik. Karena sekarang kamu tau kalau cowok yang selama ini sama kamu bukan orang yang tepat buat kamu," ucap paman Hans memberi pencerahan.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu