In Home

81 22 6
                                    

Mentari sore ini sepertinya akan terbenam agar bisa tepat waktu datang menjemput esok pagi. Sedangkan aku hanya menghabiskan keseharian didalam kamar.

Aku punya kebiasaan menulis jika ada waktu luang. Aku senang melakukannya sendiri. Dan sekarang aku sedang sendiri dikamar jadi yang ku lakukan adalah menulis apa saja yang ingin aku tulis. Hingga akhirnya tanganku berhenti ketika dering telepon genggam ku berbunyi.
Ternyata Fray menelponku. Segera kuangkat sebelum bunyinya berhenti.

"Fray? Ngapain dia nelfon aku?" tanyaku dalam hati.

Belum aku menyapanya, dia sudah duluan menyapa ku.

"Hay," sapanya lewat telefon.

"Hay," sapaku balik tapi singkat.

"Lagi ngapain?" tanya Fray.

"Lagi tiduran," jawabku lagi.

"Owh. Kalau gitu, kamu gak ada niat mau nanyain aku kenapa nelfon kamu?" tanya Fray iseng.

Aku malah berfikir mendengar pertanyaannya sejenak.

Selang beberapa detik, aku pun mendengar tawanya dari seberang handphone.

"Sifat kamu yang ini yang buat aku kangen," ucap Fray tiba-tiba.

"Kenapa?" tanyaku mulai ke GR-an.

"Kamu selalu membuatku menunggu untuk sebuah jawaban," ucapnya.

"Gawat, jangan- jangan dia ingin memperjelas yang kemarin," batinku.

Aku pun mulai resah mendengar jawabannya.

"Dan itu membuatku tertantang untuk selalu menunggu. Bahkan, menjadi sebuah kerinduan tersendiri bagiku," sambungnya lagi.

"Aku harus jawab apa?" tanyaku kebingungan dalam hati.

"Kamu perlu apa tadi telfon aku?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Kurasa dia hanya tersenyum diseberang telepon genggam nya. Atau, apakah dia tau kalau aku berusaha mengalihkan pembicaraan? Entahlah.

"Owh, soal itu. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan sama kamu. Dan ini penting!" balasnya atas jawabanku yang kurang memuaskan.

"Penting?" tanyaku dengan nada sedikit gugup.

"Jangan! Jangan tembak aku sekarang! Plis!" pintaku dalam hati.

"Iya. Ini penting banget dan harus aku sampaikan sekarang," ucapnya.

Jantungku mulai berdebar-debar.

"Aku kangen kamu!!!" ucapnya tiba-tiba membuat ku benar-benar merasa merdeka.

"Untung saja! Ternyata dia cuma kangen," batinku mulai menghembuskan nafas lega.

Akhirnya aku hanya tertawa kecil padanya.

Sebenarnya aku merasa bersalah kepada Fray yang mungkin sudah jatuh cinta padaku sedangkan aku belum bisa mewujudkan rasa yang ia pendam dan dia coba untuk utarakan. Aku memang sudah mulai membuka hati tapi karena situasi berubah karena kedatangan Jerricko, aku merasa luka yang kemarin sudah tertutup hampir sembuh kini kembali berdarah. Aku masih trauma. Itu adalah salah satu koleksi cerita sedihku yang apabila diputar kembali mungkin bisa membuatku menangis lagi.

Tapi tidak berarti karena kedatangan Jerricko dalam hidupku, membuatku  menyia-nyiakan seseorang yang mulai sayang padaku. Hanya saja, aku merasa butuh waktu untuk menyembuhkan luka itu.

"Kamu kok ketawa?" tanya Fray selepas mendengar tawaku.

"Enggak kok. Aku cuman senang aja bisa dirinduin sama cowok kayak kamu," jawab ku.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now