Diantara Kalian

40 16 9
                                    

"Mungkin aku yang terlalu cinta sama kamu. Sedangkan kamu punya pilihan A, B, C, D yang bisa kamu pilih semaumu."





Malam menggendong bulan yang hendak berjalan sendiri diantara bintang-bintang terang kala ini. Setiap sisinya yang  gelap menyambut setiap langkah pejalan malam yang tak kunjung henti mengabaikannya. Malam yang penuh dramatis, aku bisa duduk dengan mesra bersama lelaki yang mengatakan akulah alasan mengapa dia masih duduk saat ini. Secuil perhatian kuterima sedikit demi sedikit hingga membukit menyesakkan hatiku.

Tanganku yang tak hentinya mengorek-ngorek makanan panas dihadapanku pun segera dihentikan oleh tangan lembut Aldy yang sedari tadi memperhatikanku. Seakan dia tau kalau hatiku sedang tidak tenang. Bagaima tidak, aku takut kalau malam ini akan mendapat pengakuan darinya. Bagaimana kalau dia mengungkapkan perasaannya? Memang dia suka bercanda soal itu sebelumnya tapi kalau hari ini dia serius, maka disitulah aku tak bisa berbuat apa-apa.

"Kamu kenapa sih?" tanyanya sembari menghentikan tanganku.

"Gak papa kok," ucapku singkat sambil berpura-pura agar semua tampak aman terkendali. Namun, sorot matanya yang tajam tak henti-hentinya memandangku.

Berharap bisa lari dari pemandangan tak menyenangkan dirumah, aku malah mendapat kejadian seperti ini. Benar-benar tak diharapkan. Belum lagi dia membawa sebuah buket bunga. Itu semakin meyakinkanku akan hal yang terjadi nanti.

Jika tau begini, lebih baik aku duduk dirumah ikut menonton film horror bersama Karin dan Jerriko. Bukan karena aku tak bisa, hanya saja aku belum siap. Ditambah lagi Roby yang sedari tadi menghubungiku. Membuat hati dan pikiranku terbagi dua.

"Oh ya. Aku ke toilet dulu ya," ucapku sekedar membuang-buang waktu.

"Oh iya. Tapi, jangan lama-lama ya. Nanti aku jemput!" ucapnya sembari memberi senyum khasnya.

Sesampaiku ditoilet, sedikit rasa lega pun akhirnya kurasakan. Sambil menatap wajah di cermin dan mencuci tangan, aku mulai menenangkan diri. Haruskah aku mempersiapkan jawaban untuk Aldy sekarang? Sedangkan aku masih ragu dengan perasaanku saat ini.  Atau, bagaimana dengan saran Jerriko yang kemarin? Aku hanya perlu menunggu sampai mereka berdua tau soal ini dan akhirnya membuat mereka sendiri yang memutuskan bagaimana kelanjutan dari kisah ini. Tapi, tidak mungkin aku melakukan hal se-egois ini pada mereka yang tulus untuk jatuh cinta. Apalagi hal itu bisa membuat mereka patah hati dan membenciku nantinya.

"Apa yang harus kulakukan?!" batinku kebingungan.

Belum aku memutuskan apa-apa, tiba-tiba handphoneku bergetar sehingga menyadarkanku.

"Karin?" batinku membaca nomor pemanggil di handphoneku.

"Halo," ucapku mengangkat panggilannya.

"Key. Lo lagi dimana?"

"Lagi dikafe. Emang kenapa?"

"Ini ada yang nyariin Lo. Katanya ada yang penting,"

"Siapa?!" tanyaku penasaran.

"Gak tau. Dia masih nungguin lo dari tadi. Katanya sih, lu nggak angkat telpon atau balas pesannya dia. Makanya dia datang langsung kerumah,"

"Beneran, dia lagi nungguin gue?!"

"Iya. Masa iya sih gue boong. Tapi kayaknya dia udah cabut deh. Soalnya tadi gue tinggal sama abang lo,"

"Eh btw. Tadi dia sempat bilang kalo dia mau nyusul ketempat lo aja,"

Deg!

Seketika jantungku berdegup kencang .

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now