Today Is my birthday (2)

150 49 9
                                    


"Jika ada yang bertanya tentang siapa cinta pertamaku, bukan dia pria yang mampu membuatku merasa bahwa dia adalah takdirku. Melainkan dia yang rela mencintaiku disaat kali pertama mata ku melihat dunia. Dia ayahku"




Bel pulang siang ini terasa lebih berbeda di telingaku. Rasanya terlalu cepat. Entah mengapa aku ingin kembali ketaman sekolah, dan berbincang bincang lagi dengan Fray. Nampaknya dia bukan cowok yang dingin. Dia pintar dalam mengendalikan suasana. Dan baru kali ini aku melihat cowok yang tidak gugup didepanku untuk pertemuan yang pertama kali. Hanya merasa nyaman saja.

"Woi!" seru Alika tiba-tiba mengejutkanku dari belakang. Aku terkesiap sehingga harus menoleh kebelakang.

"Apa-apaan sih cemong! Gue terkejut tau gak sih!"

"Hufh.Untung jantung gue gak copot!" protes ku padanya. Alika terkekeh pelan masih memandangiku.

"Abis lu sih, ngelamun disiang hari. Bel pulang dah bunyi noh! Lagian gak apa-apa kalo yang copot itu jantung, kalo bisa nih, sekalian sama hatinya. Biar Lo gak sakit hati lagi, dan curhat panjang lebar ke gue,"  ucap Alika sembari melangkah ke meja ku.

Wow. Saran yang amazing. Tapi, ya kali aku harus kehilangan hati. Dan sepertinya lebih sakit yang tidak punya hati. Bayangkan saja.

Aku mengerucutkan bibirku.

"Lo jahat ya! Masa sih lo pengen gue gak punya hati? Lo mau, teman Lo yang cantik dan imut ini gak punya hati buat mencintai?!" tanyaku dengan nada sedikit manja sambil memasukkan buku yang masih berada diatas meja.

"Lu kan masih punya lambung," ucapnya tersenyum. Aku mendongak menatap Alika polos dan berfikir sejenak.

"Hubungannya apa cobak?!" batinku kebingungan.

Daripada memperjelas teori yang membingungkan ini, lebih baik aku mengajaknya segera pergi. Karena Alika pasti sedang mengarang seribu cerita dengan pernyataannya tadi.

"Lu ada-ada aja! Kita pergi aja yuk, udah sepi nih." ajakku mulai melangkah tanpa mengubris pernyataannya tadi. Tentu saja Alika sewot dengan tingkahku.

"Eh. Tunggu dulu! Gue belum siap jelasin ucapan gue yang tadi!" serunya dari dalam kelas, benar-benar berharap aku bertanya soal hati dan lambung yang tak masuk di akal ku. Ada-ada saja.

"Jelasin apa lagi sih?!" seruku yang sudah hampir di pintu kelas.

"Lo emang susah nalar yah! Gue cuma pengen ngajak Lo becanda," ucap Alika berlari dan berjalan disampingku. Ya, aku tau itu. Tapi candaannya tidak menggugah selera humorku. Tapi kasian juga, kalau tidak di apresiasi. Aku menatap Alika yang sudah disampingku.

"Yaudah gue ketawa nih," ucapku sambil memberi senyum lebar. Berharap dia puas dan segera berhenti mengobrol denganku.

"Itu mah namanya senyum, gimana sih lu?!" koreksi Alika setelah melihatku yang masih tersenyum. Oh iya. Tadi aku bilang tertawa bukan tersenyum. Tapi gak lucu Alika, gimana mau ketawa? Aku memalingkan pandanganku.

"Lagian lu aneh, gimana caranya cobak, mencintai dengan lambung?" tanyaku membalas ucapannya. Dengan sedikit perasaan ingin tahu.

Alika membuka mulutnya, mulai menjelaskan teori yang sangat bermanfaat sepertinya.

"Ya gitu, gue juga sebenarnya gak tau. Tapi, coba lo bayangin. Ketika Lo mencintai seseorang dengan lambung, ketika dia nyakitin lo. Lo gak bakalan sakit hati lagi," ucapnya dengan bangga.

Aku terkekeh kecil.

"Sakit hati sih enggak, yang ada gue sakit maag, terus mati deh." pungkasku memelototi Alika yang mengernyitkan dahinya. Dan tawa kami pun meledak bersamaan.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang