New Day

57 16 7
                                    


"Jika harimu yang kemarin adalah hujan, dan tidak seindah senja disore hari. Mungkin hari ini, esok atau lusa Tuhan telah menyiapkan pelangi yang lebih indah dan pagi yang lebih cerah."



Hari mengalir layaknya air sungai yang membawa setiap titik-titik embun pagi yang ikut bersamanya. Tidak terasa minggu ini adalah minggu untuk kesekian kalinya aku melangkah di masa sekarang. Semua terasa berbeda dari masa SMA ku yang sudah kulalui dan sudah menjadi kenangan yang terukir dalam kisah hidupku.

"Bagus juga nilai kamu," puji papa pada Jerricko setelah melihat hasil ujiannya. Jerricko pun hanya tersenyum menanggapi pujian papa.

Dengan sedikit penasaran, aku pun mencoba melirik ke handphone Jerricko. Benar saja, nilainya cukup tinggi membuatku sedikit insecure padanya yang ternyata adalah anak pintar.

"Kayla juga hebat loh, bisa dapat universitas terbaik," tambah mama tiba-tiba sambil menikmati sarapan pagi. Aku pun menatapnya.

"Ini berkat mama sama papa kok, yang udah support aku selalu," ucapku tersenyum.

"Ya, papa sama mama bangga sama kalian berdua," ucap papa menatap kami.

"Tapi dia gak bakalan dapat nilai sebagus aku," sindir Jerricko tiba-tiba lalu beranjak pergi.

"Aku pergi ma, pa," ucapnya sempat berbalik.

Aku yang mendengar ucapannyapun kesal.

"Kalau gue bisa, gimana?!" seruku sambil beranjak dari kursiku. Namun, dia tidak menanggapinya malah berjalan lagi.

"Aku pergi ya ma, pa," ucapku berpamitan sambil memberi salam dan bergegas mengejar Jerricko yang sudah sampai di mobil. Mama dan papa yang memperhatikan kami pun hanya tertawa kecil.

"Hati-hati," ucap mereka memberangkatkan kami.

Akhirnya kami pun berangkat ke kampus. Meskipun kampus kami berbeda, Jerricko selalu menyempatkan untuk mengantarku dipagi hari. Dan berkelahi dipagi hari adalah rutinitas kami setiap hari.

"Lo bisa gak sih, satu hari aja gak sombong kayak tadi?" tanyaku padanya yang sedang fokus menyetir.

"Terserah gue lah, lagian semuanya fakta kok," jawabnya dengan sombong.

"Maksud lo, gue gak bisa kayak Lo gitu?!" tanyaku lagi.

"Lo orangnya mudah puas dengan apa yang baru Lo dapat. Itu yang buat gue selalu menang dari Lo, dan kita itu beda. Gue bukan tandingan Lo," ucapnya lagi semakin membuatku semangat untuk menyerangnya.

"Kalo gue bisa gimana?!" tanyaku lagi.

"Gue bakal kasih Lo, bakar handphone gue," ucapnya dengan begitu sombongnya. Dan mobil tiba-tiba berhenti menandakan aku sudah sampai didepan kampusku.

"Ya Tuhan, ampuni abangku yang sombong ini," batinku hanya menatapnya kesal.

Segera aku turun dan langsung masuk kekampusku tanpa menoleh lagi kebelakang. Karena aku tahu kalau Jerricko sudah pasti langsung pergi tanpa menunggu. Namun, anehnya dia malah memperhatikanku dari kejauhan. Setelah dia tidak melihatku lagi, segera dia bergegas pergi. Begitulah aku memulai hari ini dikampus baruku. Rasanya menjadi mahasiswa baru cukup memberi warna baru setelah sekian lama aku mengimpikannya.

"Pagi," sapa Sera teman baruku.

"Hey," seru dua orang menyambutku dari jarak yang tidak jauh. Mereka adalah Vina dan Angre.

Kini aku punya teman baru Sera gadis tomboy, Vina si pemalu dan Angre gadis imut yang manja. Aku dan Sera satu kelas yang sama sedangkan Vina dan Angre satu kelas yang berbeda dengan kami. Kami bertemu sejak pertama kali perkenalan kampus, hingga akhirnya menjadi teman akrab.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now