The Last

129 17 20
                                    

Seperti biasa, hari ini aku akan pergi ke kampus untuk kuliah lagi. Meski sedikit berat karena akan bertemu dengan Roby di ruang kelas nanti. Sedikit demi sedikit aku berusaha memposisikan diriku sebagaimana mestinya. Dia adalah dosen dan aku adalah mahasiswanya. Dengan begitu aku bisa melegakan perasaanku dan bisa mengikuti pelajaran dengan santai tanpa harus diikuti perasaan galau, sedih atau kehilangan.

Dengan berbekal arahan Jerriko beberapa hari yang lewat, aku semakin sadar bahwa aku tidak bisa menahan Roby atau Aldy agar tetap bisa bersamaku. Satu hal yang penting adalah jika memang mereka adalah orang yang tepat untukku, mungkin suatu saat mereka akan kembali lagi. Meski dulu ada kata-kata memperjuangkan yang kudengar dari mereka berdua dan akhirnya tinggal kata, hal itu tidak cukup membuatku patah hati terlalu dalam lagi. Aku cukup sadar bahwa cinta itu tidak butuh banyak kata-kata melainkan butuh suatu pembuktian.

Sekarang aku dihadapkan dengan Roby yang dingin dan cuek sebagai dosen hari ini. Tidak ada lagi perhatian khusus atau curi-curi pandang lagi. Dia benar-benar berubah 360° penuh.

Sebenarnya aku sudah bilang sebelumnya kalau aku mungkin tidak bisa memberikan cintaku padanya. Namun, dia berusaha keras untuk tetap mendapatkannya walau akhirnya menyerah. Aku tidak menyesali itu semua, aku hanya ingin memperbaiki hubungan dengannya. Setidaknya kami kembali seperti awal bertemu dulu, dia yang hangat dan ramah mungkin akan menambah semangat belajarku.

Sehabis jam kuliah, aku berinisiatif untuk menemui dia. Aku ingin meminta maaf atau sekedar mengajaknya mengobrol agar bisa memperbaiki kerenggangan hubungan kami. Namun belum aku sampai tepat didepannya, dia sudah menjauhkan pandangannya dan meninggalkanku begitu saja.

Sepertinya aku sudah kehabisan cara untuk bisa mengembalikan keadaan yang dulu. Dan aku mulai bosan juga. Dan mungkin aku juga tidak akan peduli lagi. Aku menyerah.

***

Dengan perasaan kecewa aku hanya bisa mengajak Karin yang tak ada kerjaan hari ini. Rasanya tak ada semangat hingga akhirnya aku meletakkan tubuhku yang lemas diatas meja.

"Lu baru putus sama si Aldy?" tanya Karin yang sudah mengamatiku sedari tadi.

"Gimana mungkin gue bisa kehilangan dia, padahal gue sama sekali belum pernah milikin dia?!"

Aku masih dengan posisiku.

"Lu pernah mikir gak sih, kisah percintaan gue benar-benar menyedihkan!" Benar-benar gak adil tau gak!"


"Gue gak minta banyak-banyak sama Tuhan. Gue juga gak minta yang sempurna. Gue salah apa lagi cobak?!" omelku bangkit dari posisi awalku.

"Yah. Lu yang sabar aja key. Siapa tau besok lu bakal dapat lagi yang lebih baik," ucapnya menenangkanku.

Ya, apa boleh buat? Hanya saran saja yang bisa kuterima. Dan yang menjalaninya hanya aku sendiri. Dan memang begitu. Jadi, aku harus lebih sabar dan dewasa menghadapi masalah ini.

Aku pun kembali menenangkan diriku dengan kembali keposisi awal. Belum aku menghela nafas, tiba-tiba telepon genggamku berbunyi.

Dengan sedikit cekatan aku merogoh tasku lalu mengecek siapa yang menelepon. Ternyata nomor baru. Seperti biasa aku malas untuk mengangkat telepon dari nomor yang belum kuketahui.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now