Bunga

53 16 11
                                    

"Cinta akan mekar layaknya bunga apabila kau siram dengan kepercayaan, saling mengerti, dan komitmen."







Ting.... Tong (Bunyi bel berbunyi dari luar)

Aku yang masih menikmati sarapan pagi pun bangkit dari meja makan. Sambil mengunyah sedikit makanan yang tersisa, aku segera bergegas dengan berlarian kecil menuju pintu rumah. Dengan tarikan yang cepat aku membuka pintu.

"Pagi kak. Ini ada paket."

"Atas nama....." ucapnya kebingungan sambil memeriksa nama tujuan.

"Owh iya. Saya lupa. Saya hanya disuruh untuk mengantarkan paket ini kak. Terimakasih." ucapnya tanpa memperjelas nama pengirim maupun nama penerima lalu memberi paket bunga mawar merah itu kepadaku.

Seketika aku pun langsung memeriksa. Bagaimana bisa begitu, ada paket tanpa pengirim atau nama penerima? Bagaimana kalau ada sesuatu yang dimasukkan kedalam rangkaian bunga itu? Atau mungkin salah kirim?

"Dari kekasihmu. Untuk Kekasihku?" tanyaku dalam hati kebingungan.

"Maaf pak. Sepertinya ini salah kirim," panggilku pada pengantar paket itu. Akhirnya dia berhenti dan langsung mengecek lagi.

"Alamatnya sudah benar," ucapnya menunjukkan alamat yang tertera.

"Kok bisa gini sih? Apa ini punya Ziko?" batinku lagi.

"Ya sudah. Saya permisi kak," ucap kurir pengantar paket itu bergegas pergi.

Dari kejauhan, aku pun masih melirik kurir itu. Tanpa berpikir panjang lagi, aku pun langsung masuk. Dengan pelan-pelan aku masuk keruangan tamu menghampiri Jerricko yang sedang asik bermain handphone.

Dari balik kursi, aku mulai mendekatinya dan mulai mencari informasi.

"Je. Gue mau nanyak. Hari ini tanggal jadian kalian?" ucapku sedikit kepo walau sebenarnya aku malas bertanya soal ini padanya. Jerricko melirik dengan wajah dinginnya.

"Kagak," ucapnya singkat lalu bermain handphone lagi.

"Serius?!" tanyaku mengintimidasi.

"Gue bilang kagak, ya kagak." ucapnya berusaha meyakinkanku.

"Berarti ini bukan punyan Lo dong," ucapku sambil mengangkat paket bunga itu.

Dengan sigap dia pun langsung bangkit da menarik bunga itu dari tanganku.

"Balikin!" pintaku berusaha meraihnya. Namun, dia terlalu tinggi. Dengan wajah bersinar dia membaca nama pengirimnya. Dengan sedikit ke GR-an, dia berpikir.

"Ini gak mungkin dari dia. Tapi pasti dari fans gue," ucapnya begitu pedenya.

"Apa?" tanyaku tidak terima. Karena dengan jelas tidak ada namanya disana.

"Gimana kalo itu punya gue? Kan gak ada nama pengirimnya," ucapku menolak pernyataannya.

"Emang lu punya pacar?!" ledeknya membuka bibirnya dengan lebar. Tentu saja itu membuatku marah.

"Biar gue gak punya pacar, banyak kok yang naksir sama gue," amukku pada Jerricko.

"Siapa coba yang mau sama lo?!" tanyanya sambil menatapku dengan remeh.

"Lu gak perlu tau siapa dia. Yang penting, balikin bunganya. Cepetan!" perintahku.

"Enak aja. Toh gadak nama kamu juga," ucapnya tidak mau kalah.

"Je!" ucapku mulai marah.

"Apa! Lu mau marah?! Marah aja, gak usah pasang wajah begitu." ucapnya dengan santainya. Tanpa berlama-lama, aku segara mencoba meraih bunga itu dari genggamannya.
Namun, dia malah mempermainkanku dengan memutar dan menaikkan tangannya sambil tertawa tanpa merasa bersalah. Dan akhirnya tanpa sengaja Jerricko terpeleset membuat kami jatuh bersamaan. Seketika itu juga, aku mendengar suara dentuman kepalanya dilantai yang membuatku ketakutan dan bangkit. Tampak Jerricko kesakitan dan pening. Sedangkan aku hanya khawatir sambil terdiam.

"Ada apa ini?!"

Tiba-tiba saja suara muncul. Segera kami menoleh kearah suara itu.

"Papa?" batinku terkejut.

"Je. Kamu ngapain tiduran dilantai?" tanya papa sambil memperhatikan lantai.

"Tadi aku abis main petak umpet sama Jerry pa," ucapnya bangkit.

"Ini bunga siapa?" tanya papa tiba-tiba setelah menemukan bunga itu tergeletak tanpa pemilik. Akhirnya kami berdua saling melirik. Karena dia tidak membawa kacamatanya, akhirnya dia membaca tulisan di kertas pengirim layaknya membaca UU disaat penaikan bendera dihari Senin.

"Dari KEKASIHMU, Untuk KEKASIHKU," ucapnya membaca tulisan itu dengan logatnya. Lalu dia pun tersadar kemudian melirik kearah kami.

"Punya siapa ini?" tanyanya tiba-tiba. Seketika itu juga, aku langsung menunjuk Jerricko. Dan sangat disayangkan, Jerricko malah menunjukku balik.

"Baiklah. Kalau memang tidak ada yang mengaku, bunga ini buat papa aja. Kebetulan, mama sangat suka mawar merah." ucapnya berbalik. Dengan perasaan tidak rela, kami pun melepasnya. Tidak jauh melangkah, papa berbalik lagi.

"Kalian berdua. Pacaranlah dengan sewajarnya," ucapnya tiba-tiba menasehati kami. Lalu pergi lagi meninggalkan kami berdua dengan keadaan kecewa.

"Ini gara-gara lo," ucapku meninggalkan Jerricko yang masih sedikit pusing.

"Kok gue sih," ucapnya tidak mau disalhkan.

Dengan perasaan yang masih penasaran. Aku masih kepikiran tentang siapa yang mengirim bunga itu. Bahkan, aku juga sudah bertanya pada Karin. Dan dia bilang dia sama sekali tidak ada mengirimkan bunga kerumah. Itu membuatku semakin yakin kalau yang mengirim bunga itu pasti Aldy. Atau jangan-jangan ada orang lain? Entahlah, maka dari itu aku memutuskan untuk mencoba bertanya pada Aldy. Dengan merogoh sakuku, aku menarik handphoneku dan mulai menelpon Aldy. Dan segera dijawab olehnya.

"Kenapa? Tumben-tumbennya kamu nelpon duluan," ucapnya dari balik telepon. Namun, suasana disana tampak agak ribut. Mungkin dia sedang berada ditempat kerja.

"Mmm... Itu. Aku hanya ingin bertanya tentang sesuatu." ucapku meyakinkan diriku untuk lebih berani.

"Kamu ngirim bunga tadi pagi?" tanyaku tidak yakin.

"Apa? Bunga? Kamu mau bunga?" tanyanya balik.

"Aku tidak bilang mau bunga," ucapku lebih keras.

"Iya. Bunga yang gimana?" tanyanya membesarkan volume suaranya. Aku pun semakin kesal.

"Kamu ngirim bunga tadi pagi?" tanyaku lebih jelas.

"Apa? Aku lagi siap-siap mau sesi pemotretan. Maaf suasana lagi repot, jaringan kurang bagus, aku gak dengar dengan jelas kamu ngomong apa. Kamu minta buat dikirim bunga kan? Ngapain harus dikirim? Kita ketemu aja besok," ucapnya terdengar sedikit putus-putus.

"Sudahlah, dia tidak dengar apa yang kutanyakan." batinku menyesal telah menanyakannya.

"See you," ucapnya tiba-tiba menutup teleponnya.










Makasih buat yang udah baca sampai sini.

Nex lagi ya guys.....

SEBELUM KAMU(TAMAT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon