Ujungnya?

44 16 10
                                    

"Dear mantan. Mungkin kamu hanya sebatas jodoh yang tertunda bagiku,"







Tok...tok...tok
(Pintu kamar diketuk)

"Key," panggil mama dari seberang pintu.

"Key. Ayo makan. Semua udah ngumpul lho," panggil mama sekali lagi sambil memperjelas ketukan pintu.

"Kayla gak laper ma," sahutku dari dalam kamar.

"Yaudah kalo gak laper,"

"Tapi kamu keluar dulu gih," ucapnya lagi dengan nada yang lebih lembut.

"Kamu udah seharian lho didalam kamar," sambungnya lagi kembali mengetuk pintu. Namun, aku hanya diam tanpa membalas panggilan mama.

Hal itu terjadi karena kondisi moodku  yang sedang tidak baik. Rasanya melakukan apapun membosankan dan tidak menarik. Sehingga kuputuskan saja untuk mengurung diri dikamar. Belum lagi karena malam ini Aldy diundang makan malam kerumah. Entahlah, aku pun tak tahu alasannya. Mungkin saja karena urusan pekerjaan atau memang karena keluarga. Itu hanya mama dan papa yang tau.

Kutarik selimut lebih panjang kearah leherku. Sedikit rasa hangat yang ada, cukup membuat hatiku lebih baikan.

Dengan sedikit menghela nafas, aku mencoba merenungkan kisah percintaanku yang terus-menerus gagal. Entah nasip apa yang membuat takdirku menjadi runyam begini. Terlebih lagi hal itu malah bisa membuatku galau begini.

Ingin rasanya menutup mata dan tertidur. Namun ingatan serta kata-kata Aldy maupun Roby malah terngiang-ngiang dan membuatku hampir gila. Mata tidak dapat tertidur sedangkan hati dan pikiran tidak bisa tenang. Dan akhirnya semua bercampur aduk yang mungkin bisa membuatku insomnia malam ini.

Lima menit pertama hingga sepuluh menit dan sampai pada jam didingding menunjuk pukul delapan aku masih gusar dan tak tenang diatas kasurku. Hingga tiba-tiba dari balik jendela kudengar suara aneh yang lama-kelamaan semakin nyaring. Kubuka mataku yang sebenarnya tidak bisa tertidur sama sekali. Kuangkat badanku lalu menjauhkan selimut yang sedari tadi menghangatkanku. Dan...

Krek!

Tiba-tiba jendela kamarku terbuka lebar. Samar-samar terlihat bayangan disana. Dan saat itu juga suasana berubah jadi horor. Aku berusaha menenangkan diriku sejenak. Namun bulu kudukku malah berdiri seiring dengan masuknya angin sepoi dari luar.

Kuraih bantal gulingku yang ada diatas kasur. Dengan sedikit menguntit serta perasaan deg-degan, aku memberanikan diri untuk mendekati kaca jendela.

Deg! Deg! Deg!

Bunyi jantungku yang tak dapat kukontrol.

"Apa jangan-jangan ini penunggu rumah yang Jerriko katakan?!" batinku ketakutan bukan main.

Aku ingin berteriak dan lari, tapi sebelum itu aku ingin memastikan itu apa. Jangan-jangan itu hanya angin lalu saja yang mungkin menarik jendela. Dan aku malah ketakutan seperti ini. Yasudah, kuberanikan diriku untuk melangkah lebih jauh.

Setelah mendekat, tiba-tiba sebuah tangan muncul yang membuatku terkejut bukan main. Refleks tanganku langsung menghantam wajah orang itu seketika muncul kepermukaan.

"Maling!" pekikku sambil menghantamkan bantal gulingku.

Akibatnya bantal itu benar-benar mengenai kepalanya dan jatuh kebawah.

Dari atas aku memandang kebawah. Kubuka mataku dengan lebar. Sejenak aku tersadar sambil mengeluarkan setengah tubuhku diluar jendela. Aku mulai mengamati maling itu. Setelah melihat lebih pasti, betapa terkejutnya aku yang melihat Jerriko sudah tertimpa tangga dibawah.

SEBELUM KAMU(TAMAT)Where stories live. Discover now