20

2.2K 131 1
                                    

Ferro sekarang terlihat sangat cemas bercampur khawatir menunggu operasi Rachel selesai. Sama halnya dengan Visal dan teman-temannya.
Mereka semua menunggu operasi Rachel selesai. Di satu sisi Rava mulai siuman.

"Aits gue dimana lagi" ucap Rava melihat sekelilingnya ruangan yang mendominasi cat berwarna putih.

"Rachel mana" sambung Rava mengingat kejadian yang semalam di alami dan adiknya.

Rava mulai bangun dari ranjang rumah sakit dan keluar dari ruangan.
Rava berjalan ke arah administrasi rumah sakit untuk menanyakan keberadaan adiknya.

"Permisi mba, apa ada pasien atas nama Rachelica" ucap Rava bertanya.

"Tunggu sebentar ya mas" jawab Suster yang berjaga dan mulai mencari nama Rachelica.

"Maaf mas, pasien atas nama Rachelica tidak ada" sambung Suster menjawab pertanyaan Rava.

"Coba cari lagi sus" balas Rava khawatir memikirkan adiknya, ntah kenapa perasaan dia mulai tidak enak.

"Maaf mas tidak ada, tetapi yang ada pasien atas nama Rachel" balas Suster menjawab pertanyaan Rava.

"Oh iya sus kalau atas nama Rachel dia di kamar berapa ya" ucap Rava yang mempunyai sepercik harapan mendengar nama panggilan adiknya.

"Pasien atas nama Rachel sedang melakukan operasi mas karena mengalami luka tembakan" balas Suster yang membuat Rava saat itu juga terjatuh mendengar adiknya mengalami kejadian itu.

"Mas ngakpp" ucap Suster membantu Rava berdiri.

"Sus ruang operasi dimana" ucap Rava bertanya.

"Di sebelah sana mas terus saja pas di ujung itu ruang operasinya" jawab Suster menjelaskan arahnya.

"Makasih" balas Rava kemudian berlari ke arah ruang operasi. Ferro masih saja seperti tadi yang sangat cemas bercampur khawatir.

"Ini semua gara-gara lo" ucap Visal yang mendengar cerita Ferro tadi.
Ferro tidak membalas ucapan Visal yang menuduh dirinya. Tetapi Ferro tau diri, memang ini semua terjadi karena dirinya.

"Rachel" teriak Rava tiba-tiba datang dan ingin membuka pintu ruang operasi tetapi di cegah oleh Ferro.

"Lo apa-apaan asal masuk" balas Ferro yang tidak mengetahui siapa Rava.

"Lepasin gue bodoh" ucap Rava memasang wajah menyeramkan.

"Lo sebaiknya minta maaf sama dia Fer" ucap Visal melihat Rava tiba-tiba saja datang.

"Buat apa gue minta maaf sama laki-laki yang ngak jelas kaya dia" jawab Ferro menatap wajah Rava dingin.

"Harus karena dia saudaranya Rachel" balas Visal yang membuat Ferro kaget tanpa mengubah ekspresi wajahnya.

"Oh" balas Ferro singkat.

"Siapa yang ngelakuin ini ke adik gue ha" ucap Rava bertanya dengan wajah yang menyeramkan seakan ingin membunuh lawannya.

"Maaf kak gue juga ngak tau" jawab Visal dengan tatapan kosong mengingat Rachel tadi berlumuran darah. Rava pergi begitu saja yang membuat semua orang heran dengan kelakuannya tadi yang baru datang dan tiba-tiba teriak seperti orang ngak waras dan sekarang dia pergi begitu saja tanpa bilang-bilang.

"Tuh orang waras ngak sih" ucap Mike melihat kepergian Rava.

"Gila kali" jawab Gio yang sama herannya dengan Mike.

POV Rava
Gue pergi dari ruang operasi begitu saja tanpa mengucapkan kata-kata.
Gue naik ke atas rooftop menenangkan pikiran gue. Gue berteriak sekencang-kencangnya.

"Apa yang harus gue katakan ke kak Radhit" gumam gue dalam hati.

"Gue harus cari tau siapa yang berani-beraninya ngebuat adik gue jadi begini" ucap Rava dengan senyum tipis yang tidak bisa di artikan oleh orang lain. Rava mengeluarkan ponselnya menelpon seseorang.

"Halo kumpulkan mereka semua" ucap Rava singkat mematikan ponselnya.

"Lo udah berani ngebuat adik gue jadi gini, maka lo harus nanggung semua rasa sakit sama seperti yang adik gue rasakan" ucap Rava dengan wajah dingin.

RACHELICA (COMPLETED)Where stories live. Discover now