38

1.4K 85 0
                                    

"Apa? Lo ngak usah nipu gue. Gue tau akal - akalan lo" ucap Visal berbicara dengan lawan bicaranya di telepon.

"Gue ngak nipu lo, kalau lo masih ngak percaya. Lo datang sekarang juga di jalan ×××××××××" balas Seseorang di seberang sana.

"Ok" ucap Visal menutup panggilannya secara sepihak.

"Lo ngak mungkinkan langsung percaya sama dia" tanya Rical.

"Setidaknya gue bisa pastiin dulu ini benar apa ngak" balas Visal dan pergi ke jalan yang di katakan seseorang itu.

Beberapa menit.
"Gimana lo percaya?" tanya Aldrin menatap Visal yang tanpak merasa kaget.

"Nggak ini ngak mungkin, lo pasti lagi provokasi gue kan" balas Visal tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Lo bisa nilai sendiri dari sudut pandang lo" ucap Aldrin menepuk pundak Visal dan meninggalkan Visal begitu saja.

"Nggak mana mungkin dia" ucap Visal masih tidak percaya dengan kenyataan bahwa kakaknya mati terbunuh karena dia.

.
.
.
.

"Ahkh" ringis Rachel memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Aku dimana, ini dimana" ucap Rachel melihat-lihat sekitarnya yang hanya ada pohon-pohon dan sungai tepat di depannya. Rachel berusaha berdiri kemudian berjalan mencari tempat perkemahannya.

"Tolong" teriak Rachel dengan sisa tenaga yang dia punya.

"Kakak ku mohon tolong aku, aku takut" ucap Rachel menangis.

Radhit
"Kakak ku mohon tolong aku, aku takut" ucap Rachel sambil menangis.

"Rachel" teriak Radhit terbangun.

"Ah hanya mimpi, tapi bagaimana keadaan dia" ucap Radhit.

Radhit mengambil ponselnya dan mencoba menelpon Rachel. Tetapi ponsel Rachel sama sekali tidak aktif, jarang-jarang ponsel Rachel tidak aktif. Radhit langsung menelpon sekretarisnya agar menyiapkan keberangkatan Radhit ke Indonesia sekarang karena perasaannya tidak enak.

"Lo kenapa kak" tanya Rava melihat Radhit sangat terburu-buru berjalan ke kamarnya.

"Dia kenapa" ucap Ryan yang ikut bertanya melihat tingkah laku Radhit.

"Gue juga nanyak kali kak, tapi di anggurin"ucap Rava manyung menatap Ryan.

"Ngapain lo manyung, dih ngeri gue" ucap Ryan dan berjalan ke arah kamar Radhit.

"Kak lo mau kemana bawah koper segala" tanya Ryan melihat Radhit memasukan pakaiannya ke dalam koper.

"Rachel" jawab Radhit singkat.

"Rachel kenapa kak" tanya Ryan seketika khawatir mendengar nama adik kesayangannya di sebut.

"Hilang" jawab Radhit membuat Ryan seketika menjadi sangat khawatir.

"Kak gue ikut ya, lo tunggu gue" balas Ryan berlari keluar menuju kamarnya. Ryan tanpa sengaja menabrak Rava yang ingin masuk ke kamar Radhit.

"Lah kak Ryan juga kenapa dah, kalian aneh banget" ucap Rava melihat tingkah laku kedua kakaknya yang aneh.

"Lo mau kemana kak" tanya Rava.

"Rachel hilang" jawab Radhit seketika Rava juga ikut berlari keluar ke arah kamarnya untuk mengambil koper.

.
.
.

"Apa anak itu hilang" kaget Aldrin mendengar ucapan anak buah suruhannya untuk menyelidiki keberadaan Rachel.

"Wah ini kesempatan yang bagus buat kita, kerahkan semua anggota Outlaws buah cari Rachel, tangkap dan langsung bawah ke markas" sambung Aldrin tersenyum licik menjawab ucapan lawan bicaranya di telepon.

RACHELICA (COMPLETED)Where stories live. Discover now