40

1.7K 83 2
                                    

"Aku tidak bisa membayangkan ketika kau melangkah menjauh dan pergi dariku memilih untuk menjadi Cinta yang terakhir kalinya ku rasakan"

~ Rachelica

.
.
.

"Itu Ferro bukan sih" tanyanya pada dirinya sendiri melihat Ferro berlumuran darah. Gavi sangat kaget melihat apa yang ada di depan matanya sekarang. Gavi berlari dan memastikan apakah yang dia lihat itu benar.

"Astaga lo kenapa bisa gini, dan kalian juga kenapa bisa gini" tanya Gavi kaget melihat Ferro yang sudah tidak sadarkan diri di penuhi darah dan teman-teman Ferro yang luka-luka.

"Panjang ceritanya" ucap Mike terbata.

"Gue boleh minta tolong ngak sama lo, plis selamatkan Ferro bawah dia ke rumah sakit" ucap Edgar menahan rasa sakitnya.

"Tapi lo semua gimana" tanya Gavi.

"Lo ngak usah pikirin gue dan yang lainnya, gue mohon" jawab Edgar memohon. Tanpa ba bi bu Gavi membawa Ferro yang tidak sadarkan diri untuk pergi ke rumah sakit terdekat karena jarak dari sini ke rumah sakit di kota mungkin terlalu jauh, setidaknya nyawa Ferro bisa terselamatkan lebih dulu.

.
.
.
.
.

"Lepasin aku" teriak Rachel yang tangan dan kakinya telah terikat.

"Diam" ucap Aldrin.

"Duh ternyata lo cakep juga ya kalau di lihat dari dekat" ucap Aldrin menatap Rachel dari dekat.

"Jangan sentuh - sentuh aku" ucap Rachel marah.

"Lo bisa marah juga ya" balas Aldrin tersenyum tipis.

"Gue lama - lama enek tau ngak ngelihatin lo walaupun lo cakep sih, mungkin karena lo sepupunya dia ya jadi hampir mirip" sambung Aldrin menampar Rachel dengan keras.

"Sakit" ucap Rachel meringis.

"Sakit ya" balas Aldrin mengelus pipi Rachel.

"Jangan sentuh aku" ucap Rachel mengalihkan pandangannya.

"Hahaha sok suci banget sih lo" balas Aldrin tertawa kecil, lalu Aldrin menepuk tangannya untuk memangil anak buahnya. Tidak lama kemudian anak buah Aldrin masuk ke dalam ruangan penyekapan Rachel.

"Cambuk dia, gue mau buat dia rasain apa yang sepupunya perbuat dan kakaknya perbuat karena sudah bermain - main dengan gue" ucap Aldrin memerintahkan anak buahnya.

"Siap bos" balas anak buahnya bersamaan dan salah satu anak buahnya keluar kemudian masuk dengan membawa cambuk.

"Jangan cambuk aku kumohon" ucap Rachel memohon.

"Cambuk" perintah Aldrin.

Anak buah Aldrin yang membawa cambuk langsung mendekat ke arah Rachel dan mencambuknya dengan keras membuat Rachel merintih kesakitan sambil menangis.

"Ahkkk" ringis Rachel merasakan setiap cambukan yang dia dapat.

"Lebih keras" teriak Aldrin tertawa melihat Rachel meringis kesakitan.

"Ahkk" ringis Rachel terus menerus membuat Aldrin tertawa dengan keras.

"Hahaha, ok" ucap Aldrin berdiri keluar dari ruang penyekapan Rachel sambil tertawa.

"Ahk kakak tolong aku, sakit" ringis Rachel sambil berdoa semoga kakak nya datang dan menyelamatkan nya.

.
.
.

"Loh mau apa lagi" ucap Visal berbicara dengan lawan bicaranya di telepon.

"Santai dong, gue cuma mau kasih lo kabar bagus" balas Aldrin.

"Apa" jawab Visal.

"Lo masih mau balas dendam nggak" tanya Aldrin.

"Kenapa lo harus tau" jawab Visal dingin.

"Gue cuma mau kasih lo kesempatan buat balas perlakuan orang yang buat kakak lo MATI" balas Aldrin tersenyum licik.

"Apa maksud lo" tanya Visal tidak mengerti.

"Gimana kalau lo balas dendam lewat Rachel" ucap Aldrin memberi saran.

"Brengsek lo jangan pernah lo berpikir buat jebak gue karena gue ngak akan pernah masuk dalam jebakan lo" jawab Visal.

"Sialan, ternyata dia ngak segampang apa yang gue pikir" gumam Aldrin merasa emosi tetapi tetap dia pendam karena ingin menjebak Visal.

"Gue kasihan sama lo, yang ngak bisa milih CINTA atau SAUDARA" balas Aldrin membuat Visal mematung mengingat perlakuan baik kakaknya sebelum dia di bunuh.

"Ok dimana" ucap Visal.
Aldrin yang mendengar ucapan Visal di telepon tersenyum licik.

RACHELICA (COMPLETED)Where stories live. Discover now