SE 18 || Tolong Jaga Rahasia Ini!

15.3K 1.2K 8
                                    

"Ternyata dugaan Varo gak salah..." gumam Elsa menggelengkan kepalanya pelan.

"Sejak kapan?" tanya Elsa menatap wajah Ara dari samping. Gadis itu menatap setiap inci wajah Ara.

"Hmm?" gumam Ara tak mengerti.

"Lo kemana aja selama ini?" tanyanya lagi. Ara terkekeh pelan mendengar pertanyaan Elsa. Gadis itu berusaha terlihat tidak mengerti.

"Lo siapa nanya gue kayak gitu?" tanya Ara balik, membuat Elsa mencebik kesal.

"Gak usah pura-pura gak tahu, kak! Gue udah tau lo sekarang!"

"Emang gue gak tau elo! Gimana sih?! Emangnya lo siapa?!" Elsa menatap sinis Ara, lalu membalikkan tubuhnya menghadap Ara.

Ara menaikkan sebelah alisnya menatap gadis dihadapannya.

"Lo beneran gak tau gue?!" tanyanya lagi memastikan. Ara menangguk.

"Ish! Sama sepupu sendiri lupa!" Elsa memutar kembali duduknya dengan wajah ditekuk.

"Emang kita sepupuan?"

"LO GAK USAH PURA-PURA GAK TAHU LAGI DEH, KAK! GUE UDAH TAU ITU LO! NGAKU AJA APA SUSAHNYA SIH?! ARRRGGH... GUE CARRELSA ALAINA ERLANDY!! LO JAHAT, LUPA SAMA GUE!! hiks..." pekiknya frustasi lalu menundukkan kepalanya sendu. Gadis itu menangis. Ara terdiam dengan tatapan kosongnya.

"Kalau lo gak mau ngaku sama gue sekarang, oke, fine! Tapi gue akan ngasih tahu mommy!" ucapnya setelah menenangkan dirinya.

Gadis itu bangkit, tapi tangannya segera di cekal oleh Ara. Gadis itu menoleh menatap wajah Ara yang masih menatap kosong ke arah depan.

"Jangan. Please..." ucapnya lirih, gadis itu mengadah menatap manik kecoklatan milik Elsa.

"Tapi kenapa, kak? Kenapa lo lakuin ini?! Hiks..." Elsa kembali menangis lalu menubruk tubuh Ara, memeluk sepupunya erat dan menumpahkan tangisnya dibahu Ara.

Ara juga menangis dipelukan Elsa, tapi gadis itu mencoba menenangkan dirinya. Tangannya terulur mengelus punggung Elsa.

"Elsa kangen sama kakak...hiks... Kenapa kakak pergi?...hiks...hiks..."

"Kakak juga kangen sama Elsa, maafin kakak membuat kalian semua khawatir, maafin kakak!" Elsa menggeleng dibahu Ara.

"Kakak gak salah! Tapi kenapa kakak pergi?" Ara melepaskan pelukannya, ia tersenyum lembut, tangannya terulur merapikan rambut Elsa yang berantakan.

"Kalau kamu di posisi kakak, apa kamu punya alasan untuk bertahan disaat orang yang kamu sayangi pergi gitu aja tanpa memberi tahu alasannya?" hal itu sontak membuat Elsa terdiam, matanya yang sembab menatap sendu kakak sepupunya itu.

"Oke, mommy pergi bareng Varo, ninggalin aku dengan daddy. Cukup adil, mommy bareng Varo, aku bareng daddy. Mungkin jika daddy punya waktu buat aku, aku gak akan kabur gitu aja, setidaknya aku masih punya sosok orang tua, walaupun cuma daddy. Tapi yang terjadi apa? Daddy sibuk dengan pekerjaannya, jangankan sarapan bareng, bangun pagi sampai aku teridur di malam hari pun, daddy gak sempat nyapa aku. Apa kamu akan bertahan jika seperti itu? Saat semua orang satu persatu pergi darimu, apa kamu akan bertahan di tempat yang sama?" Elsa tetap terdiam, air matanya mengalir deras mendengar kenyataan pelik yang dialami sepupunya itu.

"Kalau kamu bisa mendapatkan kebahagian di tempat lain apakah kamu akan tetap bertahan ditempat yang sama, yang justru hanya memberikan kesedihan, kesedihan, dan kesedihan? Nggak, kan? Itu alasan kakak memilih pergi!" Elsa kembali memeluk Ara erat.

"Maaf, kak!"

"Kamu gak salah, jangan minta maaf!" ucap Ara membalas pelukan Elsa.

"Tapi aku membuat kakak mengingat masalah itu lagi!" ucapnya penuh penyesalan.

Side Effect [END]Where stories live. Discover now