SE 3 || Bongkar-Bongkar

25.3K 2.1K 94
                                    

Tak perlu banyak bacot, langsung aja cuss!!!
Happy reading!!

🍃🍃🍃

"Qui, lo mesti tegarkan hati setelah ini! haha... assek kata-kata gue, putis banget." Ujar Zeline tiba-tiba saat mereka berdua dalam perjalanan kembali ke kelas.
Ara langsung mentap Zeline yang masih cekikikan sendiri heran. "Emangnya kenapa? Alay lo, ah!" Tanya Ara geleng-geleng kepala melihat tingkah Zeline.

"Yaah... tegarkan hati aja, dari serangan fans fanatic Varo sang most wanted sekaligus anak pemilik sekolah ini. apalagi lo berhasil melelehkan kutub es dalam wujud manusia itu! Haha..." Zeline kembali tertawa setelah memberikan julukan untuk Varo, Ara juga ikut terkekeh melihat aksi sahabatnya itu.

"Tegar gue mah! Tenang aja, gue udah tahan banting sama serangan haters, kecuali mereka berbuat macam-macam, yah, liat aja cara gue memberantas mereka!" ucap Ara santai.

"Kata-kata lo alay juga! Haha... koruptor kali, diberantas segala!"

~~~

Setelah bel istirahat berbunyi 5 menit yang lalu, kini para siswa kelas XII. IPA 4 sama-sama duduk tenang di bangku masing-masing.

Ryan selaku ketua kelas, bangkit dari duduknya dan berdiri dihadapan teman-teman sekelasnya setelah menutup dan mengunci pintu.

"Oke, karena hari ini kita kedatangan saudari baru, maka saya selaku ketua RM disini, akan mengadakan rapat penting." Ucap Ryan dengan wajah serius.

"Sok serius lu, Yan! Apaan dah tuh RM? Rumah Makan?!" kritik Zeno dari bangku belakang membuat seisi kelas tertawa, termasuk Ryan, karena memang awalnya ia bermaksud nge-jokes, tapi ternyata selera humor teman kelasnya bukan humor kelas rendahan.

"RM tuh, Rukun Murid, Zen, maksud gue. Gue mau pake singkatan RS yang kepanjangannya Rukun Siswa, tapi singkatan itu nanti kalian pikir Rumah Sakit, ehh...tau-taunya lu malah nyebut Rumah Makan setelah gue sebut RM tadi, padahal gue gak kesampean kalau RM tuh, singkatan dari rumah makan, ehehehe..." jelas Ryan panjang kali lebar sambil nyengir malu-malu gorilla.

Seisi kelas semakin tertawa melihat tingkah malu-malu gorilla versi Ryan, tak terkecuali Ara. Gadis itu tersenyum melihat kehangatan yang tercipta dari kelasnya ini.

"Ternyata ini yang dimaksud orang-orang, kalau masa putih abu-abu itu adalah masa yang sulit untuk dilupakan. Kekeluargaannya yang begitu kental dan menghangatkan. Gak salah gue memilih sekolah disini, walaupun identitas asli gue terancam." batin Ara.

"Oke-oke! Sekarang, kita atur posisi! Bangku dipinggirin dan buat sisa ruang di tengah-tengah untuk kita duduk melingkar, supaya feel-nya lebih kerasa gimana gitu!" titah Ryan dan langsung dilaksanakan oleh teman-teman kelasnya termasuk dirinya.

Setelah semuanya beres, mereka semua mulai duduk melingkar. Lingkarannya tak terlalu besar, karena memang jumlah siswa di kelas ini hanya 25 orang.

"Oke, untuk Qui, diharapkan untuk menyimak baik-baik penyampaian yang akan disampaikan warga-warga XII. IPA 4." Ara hanya mengangguk mendengar penuturan Ryan.

"Pertama-tama, perkenalkan gue ketua kelas XII. IPA 4, Ryandika Putra Pradana. Gue cuma mau nyampein kalau, kelas kita itu bukan kelas yang dianggap istimewa di sekolah ini, tapi bagi kita semua, kelas ini adalah kelas teristimewa dari seluruh kelas yang ada di sekolah ini!

Bukan tanpa alasan kita beranggapan seperti itu, tapi memang itulah kenyataannya. Kelas kita dianggap kelas pembuangan, karena siswa lain beranggapan cuma kelas ini yang nggak pernah menyumbangkan prestasi untuk sekolah ini, tapi itu 100% salah, karena kenyataannya, justru kelas inilah yang paling banyak menyumbangkan prestasi untuk sekolah ini, kami menyembunyikan pencapaian kami dari siswa-siswa lain selain teman sekelas kita." Jelas Ryan yang diangguki setuju oleh teman-temannya yang lain, kecuali Ara tentunya yang baru saja menjadi murid di kelas yang istimewa itu.

Side Effect [END]Where stories live. Discover now