SE 16 || TRAGEDI

15.5K 1.2K 9
                                    

"Huengghhh..." lenguh Ara sambil meregangkan tubuhnya.

Gadis itu mengambil ponselnya yang sedari tadi dibiarkan menganggur.

02.39

"Wah... Udah malem banget ternyata... Tapi belum ngantuk... Gimane dong?" monolgnya sambil menyenderkan punggungnya disandaran kursi kerjanya.

Sedari pulang sekolah ia sudah berkutat dengan berkas-berkas kantornya. Ia hanya keluar dari ruang kerjanya itu saat makan malam. Selebihnya dia habiskan waktunya di ruang kerja yang ada dikamarnya.

Ara memainkan ponselnya menjelajahi setiap sosial media yang dimilikinya. Gerakan tangannya terhenti saat ia menemukan potongan video saat ia bernyanyi bersama Zeno.

Gadis itu menghela napas kasar, tangannya yang bebas terangkat memijit pangkal hidung mancung miliknya. "Udah kesebar dimana-mana, ya ampun... Gue gak masalah dengan itu, tapi... Gimana kalau..." gadis itu menggigit kukunya takut, kemudian menggelengkan kepalanya. "Mereka gak akan ngenalin, Varo aja masih ragu, kan? Iya! Gak akan! Huftt..." sekali lagi gadis itu menghela napasnya.

Ia memilih bangkit dari kursinya dan berjalan keluar menuju kamar tidurnya. "Jangan membuat otakmu lelah berpikir, Ra! Tubuhmu sudah lelah! Beristirahatlah!" monolognya menyemangati dirinya sendiri.

Setelah menjalankan rutinitas bersih-bersihnya, gadis itu merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya lalu beranjak ke alam mimpi.

🍃🍃🍃

"Ra! Araaaa!! Buka pintunyaaaa!! Kamu gak mau ke sekolah apa?! Ini udah mau jam 6 loh!!" panggil Sheva, tangannya tak berhenti mengetuk pintu kamar Ara.

Sedangkan gadis yang dipanggilnya masih bergelung malas dibawah selimutnya.

"Nih, anak udah mulai balik kebonya kayaknya!" gumam Sheva memandang pintu kamar Ara.

"Belum bangun, Shev?" Sheva menoleh mentap Chieren yang sudah berada disampingnya.

"Belum, mbak"

"Dobrak ajalah!"

"Dih! Dikira nih pintu gubuk apa, main dobrak-dobrak aja, yang ada badan aku yang ancur, mbak, bukan pintunya yang kebuka!" Chieren tertawa renyah mendengar ucapan Sheva.

Sheva memang sekertaris Ara, tapi gadis itu sudah dianggap seperti keluarga mereka sendiri. Sheva yang selalu mendampingi Ara semenjak menjabat sebagai CEO Queen Corp's. Sheva adalah orang pilihan grandma dan grandpa Ara.

"Yaudah, kalau gitu, masukin pinnya aja, Sheva... Kan bisa!" Sheva menepuk keningnya lalu nyengir ke arah Chiere.

"Hehe... Lupa aku, mbak!" Chieren hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah gadis dihadapannya ini.

Sheva pun memasukkan pin kamar Ara, hingga suara dentingan terdengar. Sheva menarik handle pintu kamar itu, lalu memasukinya bersama Chieren.

"Bener kan, kebonya balik lagi, mbak!" ucapnya saat melihat Ara masih bergelung malas diatas tempat tidur.

"Mungkin dia, kecapean, kan abis lembur!" ucap Chieren sambil mengelus puncak kepala Ara lembut.

"Oh, iya yah... Aku sih, takut kalau dia kecapean, mbak. Tapi anaknya bandel banget, udah lulus masih aja mau sekolah." gerutu Sheva.

"Aku denger loh, kak. Masih pagi udah ngomel-ngomel aja! Dasar emak-emak!" ucap Ara dengan mata terpejam menikmati sentuhan lembut dari Chieren.

Sheva melotot mendengar Ara berbicara. "Kamu udah bangun? Sejak kapan?" tanya Chieren lembut.

Side Effect [END]Where stories live. Discover now