SE 5 || CHANGE

21.5K 1.7K 22
                                    

Semenjak bersekolah, Ara jadi lebih disiplin dari biasanya. Kini ia terbiasa bangun pagi. Hal tersebut tentu membuat Alshad takjub dengan sikap adik sepupunya yang bisa dengan cepat mengubah kebiasaaan buruknya yakni bangun kesiangan.

"Bang Shad-"

Uhhuk... uhhuk...

"ARA!!"

Panggilan Ara kepada Alshad sontak membuat heboh suasana sarapan mereka bertiga. alshad yang tersedak nasi goreng yang dimakannya dan Sheva yang langsung memanggil Ara dengan nada memperingati.

Ara memandang aneh kepada Alshad dan juga Sheva yang memandangnya dengan mata melotot. "Ada apa? Kok kalian marah kayak gitu? Aku cuma manggil bang Alshad, kenapa kalian marah, emangnya aku salah apa?" Tanya Ara polos.

"Dek, kalau manggil tuh yang sopan. Jang-"

"Loh? Emangnya nggak sopan darimana? Tadi aku manggil bang Alshad pake kata abang kok, gak langsung manggil nama." Sanggah Ara cepat memotong ucapan Alshad.

"Gini nih, Shev, kalau gak gede di Indonesia, gini jadinya! Jelasin deh!" titah Alshad kepada Sheva.

"Ra, kalau mau manggil bang Alshad, panggilnya bang Al aja, karena kalau kamu manggil Alshad dengan kata 'bang Shad' nanti orang salah sangka, karena disini itu, ada umpatan yang gak beda jauh dengan panggilan kamu kepada Alshad tadi, gitu, paham kan?" jelas Sheva yang diangguki oleh Ara.

"Ohh... gitu yah? pantes tadi muka kalian pada garang banget, hehehe..." ujanya dengan wajah cengengesan.

"Tadi mau ngomong apa?" Tanya Alshad kepad Ara.

"Oh, itu... aku cuma mau nanya, nanti abang mau ke kantor atau nggak?"

"Kayaknya belum deh, abang masih capek abis perjalanan jauh, besok deh baru masuk." Ara dan Sheva hanya mengangguk memaklumi, wajarlah Alshad ingin beristirahat, bukan perjalanan yang sebentar dari Inggris ke Indonesia.

"Lo tau daerah sini kan, Al?" Tanya Sheva.

"Tau lah, gue kan sering bolak-balik sini untuk ngurusin kantor tuh bocah, lo gimana sih, kan lo yang jadi partner gue!"

"Yah, siapa tau lo lupa, hahaha..."

"Aku udah gak bocah, yah bang!" ketus Ara.

"Iya-iya bukan bocah. Ngalah abang mah, kalau sama kamu, dek!" ucap Alshad pasrah, ia selalu tak bisa menolak keinginan Ara. Tapi walaupun seperti itu, Ara bukanlah gadis yang menyusahkan baginya. Justru karena gadis itu jarang meminta sesuatu lah, yang membuat Alshad selalu menuruti Ara.

"Hehehe... berangkat dulu yah, bang! Baek-baek dirumah!"

Cup!

Ara mengecup pipi Alshad dan dibalas Alshad yang mengecup kening adik kesayangannya itu. "Hati-hati! Jangan ngebut yah, Shev. Anter adek kesayangan gue sampe sekolahnya dengan keadaan utuh tanpa lecet sedikit pun!" titah Ashad kepada Sheva. Ara tersenyum mendengar penuturan Alshad yang sangat pengertian kepadanya.

"Tanpa lo bilangin, gue pasti ngelakuin itu lah! Bukan hanya membawanya sebagai bos gue sendiri ke sekolahannya, tapi juga membawanya sebagai adek kesayangan gue! Nih, anak kan harta berharga kita!" Ara langsung menggandeng lengan Sheva di tangan kirinya dan lengan Alshad di tangan kanannya.

"Kalian juga harta berharga di hidup aku!" Alshad dan Sheva tersenyum lembut menatap Ara sebelum Ara melanjutkan ucapannya yang sempat ia jeda beberapa saat. "Karena kalian adalah ayah bunda aku! HAHAHAHA..." ujarnya lalu tertawa ngakak seorang diri sedangkan Alshad dan Sheva mendengus kesal, melihat kelakuan jahil gadis itu.

Side Effect [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat