CHAPTER 6

4K 292 248
                                    

HOPE

"Semua orang pasti memiliki harapan. Namun tak semua harapan bisa berwujud nyata."

✈✈✈

Kegiatan ekstrakurikuler SMA Bakti Nusa selalu diselenggarakan setiap hari sabtu. Usai mengikuti kegiatan belajar, para peserta didik berpencar menuju ekstrakurikuler masing-masing. Mulai dari bidang olahraga, seni, dan lainnya.

Andin telah menetapkan pilihannya untuk mengikuti kegiatan seni lukis yang dipandu oleh wali kelasnya sendiri, Siti.

Kisaran peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler ini sebanyak 35 peserta yang terdiri dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Semuanya tergabung menjadi satu kesatuan.

Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang seni. Memegangi sebuah kanvas dan alat lukis, mereka begitu khusyuk mendengarkan petuah yang disampaikan Siti.

Ruangan seni sekolah belum cukup memadai. Beberapa kursi yang ada tak dapat menampung seluruh anggota. Mau tak mau sebagian anggota duduk di kursi dan sebagian lagi duduk di lantai. Jangan lupakan senioritas masih kental di sini. Kalian pasti dapat menebak siapa saja yang tempat duduknya berlapis keramik, sudah pasti para junior.

Pasang mata Andin menilik penampilan wanita berumur seperempat abad itu. Mengenakan kemeja putih dengan balutan syal corak macan, belum pula rambut yang dicepol sebesar punuk unta. Tak mengherankan lagi bila dia dijuluki 'Guru Nyentrik' di Bakti Nusa.

Pada pertemuan pertama ini, Siti menyuruh anggotanya membuat satu lukisan bertema alam. Mereka diperbolehkan untuk keluar dari ruangan ini dan mencari objek yang sempurna untuk dilukis.

Andin tahu tempat mana yang wajib dia tuju untuk memuaskan hasrat melukisnya. Dia pun mendatangi perpustakaan seorang diri. Mengingat sosok Andin yang introvert, Andin belum bisa bergaul dengan teman satu ekstrakurikulernya dalam waktu singkat.

Mengapa di perpustakaan? Bukankah harusnya dia melukis alam? Kalian tidak tahu betapa sempurnanya pohon angsana bila dilihat dari jendela perpustakaan. Memiliki khas bunga berwarna kuning, angsana menunjukkan letak keindahannya.

Andin duduk di tempat biasa dia membaca buku. Dia duduk di sana sambil mengamati angsana. Beberapa detik kemudian dia beralih melihat kanvas dan menuangkan imajinasinya dalam bentuk lukisan indah.

Andin begitu larut melukis hingga dia tak sadar bila seseorang berdiri di belakangnya. Cowok itu berdiri cukup lama memandangi lukisannya.

"Cantik," pujinya.

Spontan Andin berpaling padanya. Seorang cowok mengenakan kaos hitam dan bawahan celana sekolah. "Arya."

Arya menarik kursi dan duduk di sampingnya. Dia melihat Andin yang sedari tadi memperhatikannya dengan wajah bingung.

"Lo nggak eskul?"

"Eskul."

"Terus kenapa di sini?"

"Gue mau lihat lo melukis sebentar."

Andin melihat pupil hitamnya membesar. Kontak mata kedua insan itu bertaut cukup lama hingga Andin berpaling melihat kanvasnya dan melanjutkan aktivitas melukis.

10 Years Ago ✓Where stories live. Discover now