CHAPTER 47

181 15 2
                                    

HATE TO LOVE

“Sehebat apa pun aku mencari cara, nyatanya aku takkan pernah bisa membencimu. Karena sedari awal aku memulainya dengan rasa, bukan dengan benci yang dapat bermetamorfosis.”

✈✈✈

Satu panggung megah berdiri di tengah lapangan utama. Menjadikan titik fokus semua orang di sekitarnya. Lapangan ini pun seolah berkamuflase menjadi lautan biru. Seluruh peserta didik seragam memakai kaos khusus berwarna biru muda dengan bawahan putih. Mereka wajib mengenakannya selama event berlangsung.

Acara pembukaan ini dihadiri oleh seluruh warga sekolah, termasuk guru, staf, dan peserta didik. Ada pula beberapa peserta didik dari sekolah lain yang menghadiri acara ini. Hanya ada satu guru yang belum bisa hadir di sana. Dia tengah sibuk dengan urusannya di ruang konseling.

Seorang wanita melipat kedua tangan di depan dada. Manik mata tak berhenti menatap tajam kelima siswi di depannya. Pandangan mereka sama melihat ubin putih. Agaknya mereka cukup takut untuk menunjukkan wajah bersalah. Jemari pun tak kunjung usai memilin di belakang.

"Apa kalian sudah merasa hebat?" tanya Ulfa menunjukkan wajah seringainya.

Tak ada seorang pun yang menyahutnya. Mereka menunduk dan saling melirik.

"Saya tanya sekali lagi, apa kalian sudah merasa hebat?"

Lagi dan lagi Ulfa terpaksa menelan salivanya. Dia tak kunjung mendapat jawaban. Kelima siswi itu masih memilih diam.

Lalu Ulfa menggebrak meja di depannya hingga kelima siswi itu bergidik bahu. Dia naik pitam karena tak ada seorang pun yang menjawabnya. "KENAPA DIAM SAJA? MULUT DICIPTAKAN UNTUK BERBICARA!" berangnya.

"Ti... tidak, Bu."

Ulfa bertepuk tangan lambat. "Berani sekali kalian melakukan perundungan di sekolah."

"Kami tidak melakukannya, Bu," sanggah seseorang berambut lurus.

Mendengar itu Ulfa tersenyum miring. Tangannya mengulur ke dalam laci meja dan mengambil sebuah ponsel mini. Pada ponsel itu menampilkan potongan video ketika mereka mengunci Andin di dalam gudang.

Lantas kelima siswi itu bungkam. Diam tak bergeming. Bak maling tertangkap basah mencuri. Video itu menjadi bukti kuat bila mereka telah melakukan perundungan.

Ulfa berjalan pelan mendekati salah satu siswi yang menyanggah ucapannya. "KALIAN KIRA SAYA BODOH," ketus Ulfa menggebrak meja tepat di hadapannya.

Sepasang mata Ulfa fokus pada seseorang di tengah. Hanya siswi itu yang mengenakan dasi berwarna biru gelap. "Kamu, anak kelas satu," tegur Ulfa. "Bisa-bisanya kamu merundung teman satu angkatanmu sendiri."

Siswi bernama Gretta itu tak memberi respons. Dia memilih diam dengan pandangan mata lurus ke bawah. Tak berani menatap wajah murka Ulfa. Sepasang tangan tak berhenti memilin di belakang tubuhnya.

✈✈✈

Mentari telah tenggelam ke ufuk barat. Tak ada lagi seberkas cahaya untuk memberi penerangan bumi. Puluhan lampu tumblr membentang di sepanjang jalan. Menjadi sumber cahaya alternatif di malam nan penuh bintang ini.

Keadaan di lapangan begitu ramai. Dari satu sudut dengan sudut lain saling bersahutan. Mereka berkumpul di sana untuk melihat penampilan band sekolah. Bakti Nusa berkompeten memperlihatkan bakat peserta didiknya terlebih dahulu dibandingkan mengundang aktris untuk mengisi acara.

Beberapa stand mengelilingi panggung megah itu. Masing-masing stand menjual aneka makanan tradisional. Ketiga siswi tengah mengantri di salah satu stand yang menjual gulali tarik. Salah seorang melirik antrian yang tersisa dua orang lagi. "Din, Kar, kalian mau bentuk apa?"

10 Years Ago ✓Where stories live. Discover now