CHAPTER 40

576 19 18
                                    

SOMEDAY

Suatu hari nanti kamu akan menyadari bahwa orang yang layak kamu pilih adalah orang yang selalu ada di sampingmu."

✈✈✈

"Milo, lihat kamera ini sebentar aja," pinta seorang gadis dengan rambut dicepol. Kamera digital di tangannya mengarah pada seekor kucing berwarna hitam.

Milo merealisasikan permintaannya. Kucing itu menoleh dan menatap lama kamera. Andin tersenyum menatap layar. Satu jarinya menekan tombol shutter untuk mengambil gambar.

Andin melihat hasil foto dengan menunjukkan lekukan tipis di bibirnya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


Andin melihat hasil foto dengan menunjukkan lekukan tipis di bibirnya. Dia tersenyum sangat lama. Milo terlihat sangat menggemaskan.

Lalu Andin menaruh kameranya di atas meja. Sudah saatnya dia berhenti mengambil foto Milo. Dia pun mendaratkan tulang duduknya di atas sofa. Manik mata fokus pada kucing hitam di sampingnya.

Satu tangan membelai rambut halusnya. Kucing itu terlihat sangat senang. Andin terkekeh melihatnya. Sesekali Andin melakukan hal jahil dengan mengacak rambutnya. Lantas Milo langsung menatapnya sinis dan bersiap untuk menerkamnya.

"Milo jangan marah, ya." Andin menunjukkan jari telunjuknya. "Nanti Milo nggak dikasih makan."

Andin tidak tahu apakah Milo mengerti bahasa manusia atau tidak. Namun yang jelas ekspresinya berubah tatkala dia mengucapkan itu. Milo kembali duduk santai sembari menjilati rambut di tangannya.

"Kucing pintar," kekeh Andin. Tangannya mengelus kepala kucing itu.

Andin mengulurkan tangannya ke depan. Mengambil remote teve yang terletak di atas meja. Lalu dia memencet beberapa tombol untuk mengganti channel yang semula menyiarkan gosip selebriti yang hangat diperbincangkan. Andin menggantinya dengan channel kartun yang biasa disiarkan ketika waktu libur. Dia lebih tertarik menonton itu meski umurnya di atas 15 tahun.

Beberapa menit kemudian dia mendengar ketukan pintu. Dia langsung berbalik badan melihat benda bulat yang terpaku di dinding belakang. "Masih jam sebelas," jelasnya. "Bukannya Ayah tadi bilang jam setengah dua belas akan pulang."

Tanpa menunggu lama dia bergegas menuju pintu depan. Mungkin kedua orangtuanya memang sengaja pulang lebih cepat dari perkiraan. Dia pun berdiri di belakang pintu. Satu tangannya memegang knop pintu dan menariknya.

"Selamat pagi, Andin," sambutnya.

Andin menilik seseorang berpakaian kaos hitam lengan 3/4 di depannya. Berhembus harum khas pohon cendana dan aromatik jeruk yang melebur jadi satu. Andin menghela napas lega usai mencium wanginya.

10 Years Ago ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora