CHAPTER 35

1K 19 5
                                    

HEALING THE HEART

“Terima kasih telah datang di waktu yang tepat, ketika hati membutuhkan seseorang untuk menyembuhkan luka.”

✈✈✈

Dirga menginjak pedal gas dan mengendarai mobilnya menuju sebuah mall ternama di kota ini. Mall itu pernah mereka kunjungi beberapa minggu yang lalu.

Keduanya menyusuri setiap toko yang menyediakan perhiasan wanita. Andin menilik satu per satu benda yang tersusun di dalam etalase. Tak lama manik matanya fokus pada salah satu liontin berwarna biru tua. Liontin itu berhasil menarik perhatiannya.

"Menurut lo gimana dengan liontin ini?" Andin menunjuk benda yang dia maksud.

Pelayan yang berdiri di depannya membuka etalase. Mengambil liontin yang Andin tunjuk dan memberikannya.

Andin pun menunjukkan liontin itu ke Dirga, berharap dia satu pendapat dengannya. Melihat itu Dirga tersenyum dan mengangguk setuju. Tak salah dia mengajak Andin ke sini. Lalu keduanya mendatangi kasir untuk melakukan pembayaran.

Setelah keluar dari toko mereka menghampiri salah satu bangku yang kebetulan kosong. Bangku itu hanya berkapasitas dua orang. Mereka pun duduk berdua dengan pandangan lurus memperhatikan orang yang berlalu.

Dirga meliriknya seraya menunjukkan lekuk bibir. Kemudian dia beranjak dari tempatnya. "Tunggu di sini sebentar, ya," pintanya.

Andin mengangkat alisnya. "Mau kemana?"

"Ke toilet."

Andin memberi respons dengan anggukan kepala. Setelah itu dia memandangi Dirga sudah berjalan jauh ke arah kanan.

Tak ada yang dapat Andin lakukan selain memandangi puluhan orang yang melintas di depannya. Sesekali dia menghitung beberapa orang yang memakai seragam sekolah sepertinya. Hal itu dia lakukan untuk menghilangkan kejenuhan.

"Tada," kejut seseorang di belakangnya. Menunjukkan satu cup ice cream vanilla.

Andin langsung menoleh. Melihat orang itu berjalan mengitari bangku lalu duduk di sampingnya.

"Mau?" Dirga menyejajarkan cup itu dengan wajahnya. Tersenyum sumringah.

"Tapi cuma satu."

"Kan bisa berdua," kekehnya. Dia menunjukkan dua sendok kayu.

Andin mengalihkan manik matanya ke arah berlawanan. Memutus kontak mata sepihak. Dia juga mengulum senyum. Membasahi permukaan bibirnya yang kering. Dari gerak tubuhnya saja sangat kaku.

Lalu dia kembali melihatnya. Mengambil sendok itu dari tangan Dirga. Seulas senyum riang dia tunjukkan meski terkesan samar. Dia masih malu. Dia pun tak hebat dalam menyembunyikan rona merah di pipinya.

✈✈✈

Sebuah mobil hitam bereksistensi di depan rumah Andin. Seorang cowok berpenampilan casual baru saja keluar dari mobil. Dia bergegas masuk menuju rumah bertingkat dengan tampilan depan berwarna cream.

Ria menyambut hangat kedatangan Dirga. Melempar senyum mungil padanya. Dirga pun membalas hal serupa sembari duduk di atas sofa empuk. Manik matanya mengedarluaskan pandangan, terutama ke arah ruang tengah. Agaknya dia tengah mencari keberadaan seseorang.

10 Years Ago ✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें