CHAPTER 34

1.1K 25 20
                                    

FALLIN AGAIN

“Tuhan, izinkan aku jatuh cinta lagi. Dengan dia yang selalu ada di sampingku ketika aku membutuhkannya.”

✈✈✈

Desember, 2005.

Desember adalah bulan terakhir di dalam tahun ajaran semester gasal. Pada bulan ini kita selalu bertemu dengan yang namanya UAS, atau Ujian Akhir Semester. Seluruh peserta didik wajib mengikuti ujian ini tanpa terkecuali.

Tipe peserta didik dalam menghadapi UAS berbeda-beda. Ada yang mengatur strategi untuk mencontek, dan ada pula yang menyiapkan kertas kecil untuk melancarkan aksi mengalap.

Namun untuk mereka yang merasa yakin dengan kemampuannya, mereka tak membutuhkan cara bodong seperti itu. Mereka lebih mengandalkan penalaran dan daya ingat.

Salah satu anggota Perewa, Asep, mengikuti ujian dengan serius dan menelaah tiap-tiap soal yang dia kerjakan. Ini adalah fenomena yang sangat langka. Biasanya dia akan mengantuk dan tertidur kala mengerjakan ujian. Apalagi yang dia kerjakan saat ini ujian Bahasa Indonesia, mata pelajaran yang memiliki banyak soal cerita.

Sebelum masuk ke ujian kedua, peserta didik diberi waktu 15 menit untuk waktu istirahat mereka. Beberapa orang ada yang menuju ke kantin untuk mengisi energi. Ada pula yang menetap di kelas untuk mempelajari lagi materi yang akan diujiankan.

Dirga memanfaatkan waktu ini untuk menemui kekasihnya. Dia berlari kecil melalui koridor yang cukup ramai ini. Memasuki kelas bercat putih dan menghampiri seseorang di bangkunya.

Dia memutar kursi di depan Andin dan duduk menghadapnya. Kedua sudut bibirnya menarik hingga membentuk garis lengkung. "Gimana Bahasa Indonesia tadi?"

"Mudah," jawabnya datar. Tak memperhatikan lawan bicaranya.

Andin menitik fokuskan perhatiannya pada sebuah buku. Menilik setiap kata di dalam sana. Bibirnya bergerak seolah dia tengah berbicara. Namun dia tak mengeluarkan suara.

Dirga memanjangkan lehernya seperti orang yang mau mencontek. Tetapi bukan itu. Dia hanya penasaran dengan buku yang Andin baca. Manik matanya mendapati beberapa angka di buku itu. Ah, ternyata buku paket Fisika.

Iya. Ujian kedua ini adalah mata pelajaran Fisika. Andin berusaha mengingat kembali rumus-rumus yang kemungkinan akan masuk dalam soal.

Tubuhnya mendadak kaku seperti manekin. Raut wajahnya menunjukkan dia risih akan sesuatu. Dia tak tahu pasti mengapa. Namun yang jelas dia merasa seseorang tengah memperhatikannya cukup lama.

Perlahan Andin mengangkat kepala. Melirik samar seseorang di depannya. Dan benar saja. Cowok itu memandangnya dengan satu tangan menopang dagu.

"Dirga," tegurnya gugup.

Dirga berdehem. Menunjukkan senyum tulus. "Iya, kenapa?"

"Lo nggak belajar?"

"Belajar, kok."

Andin menilik semua objek di sekitarnya. "Tapi lo nggak bawa buku ke sini."

"Gue belajar, Din," sanggahnya. "Belajar menjadi kekasih yang terbaik buat lo." Dirga tersenyum genit.

Merah rona kini bereksistensi di pipinya. Dia tersipu. "Lo ngomong apa sih, Ga."

10 Years Ago ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang