CHAPTER 60

79 5 15
                                    

BETRAYAL

“Pengkhianatan yang pernah kamu rasakan sampai kapan pun akan membekas di sukmamu, mengubah presepsimu dan sudut pandangmu dalam berbagai hal.”

✈✈✈

Nislawati berjejak di ambang pintu. Manik mata melayangkan pandang ke penjuru ruang persegi ini. Barangkali dia tengah mencari keberadaan seseorang.

Lalu manik mata fokus memperhatikan sosok gadis belia bersurai panjang. Dia duduk di bangku barisan kedua seraya mengerjakan tugas sekolah.

"Putri," panggil wanita itu.

Pemilik nama itu beranjak dari sana. Dia bergegas melangkah menuju Nislawati. "Ada apa, Bu?"

"Kamu segera berkemas, ya. Habis itu kamu langsung ke kantor."

Putri memiringkan kepala. Raut wajahnya terlihat bingung. "E... emangnya kenapa, Bu?"

"Kakak kamu sekarang lagi di kantor. Dia nyuruh kamu untuk pergi sama dia."

"Baik, Bu."

Putri segera kembali ke bangkunya untuk mengemasi barang-barang di atas meja. Barang itu dia masukkan dalam tas selempangnya. Setelah itu dia menemui lagi Nislawati dan mengegah bersama menuju kantor guru.

Dari ambang pintu dia melihat sosok bertubuh jangkung dengan potongan rambut pendek yang juga tengah memandangnya. Lelaki itu melangkah menujunya sehingga mereka sama bertumpu di titik tengah.

Raut wajah lelaki itu terlihat begitu murung. Bahkan bila diperhatikan seksama pun manik matanya tampak berkaca. Mungkin ada suatu hal yang hendak dia utarakan.

"Dek," lirihnya menjeramah kedua bahu Putri.

"Ke...kenapa, Kak?" Putri tampak semakin bingung. Apalagi setelah dia mendengar suara beratnya.

"Mama...."

"Kenapa dengan Mama, Kak?"

"Mama... Mama di rumah sakit, Dek."

Putri refleks membuka mulut, sementara satu tangan beraksi menutupnya. Dia begitu gelisah. Bahkan paras wajahnya pun tampak semakin khawatir. "Mama sakit apa, Kak? Kenapa Mama bisa masuk rumah sakit? Mama kenapa, Kak?"

"Kita ke rumah sakit dulu, ya. Nanti Kakak jelasin sama kamu."

"I... iya, Kak," jawabnya menahan tangis.

Kemudian mereka mengegah menuju gerbang sekolah. Di sana tempat Putra menaruh sepeda motornya. Dia melajukan sepeda motor itu dengan kecepatan normal mengikuti arus jalan raya. Melalui jalan itu akan menuntun mereka menuju Rumah Sakit Cempaka.

Dua penunjang kini berlabuh di depan parasan putih. Pada parasan itu tercantum tulisan 'Ruang Matahari'. Keduanya memandang lama sosok di balik benda bening itu. Seorang wanita terbaring lemas di ranjangnya.

Putra mendorong pintu itu dengan penuh perhatian. Tak ingin menimbulkan bunyi. Bersama adiknya dia mengegah menghampiri wanita itu.

Jemarinya menjamah tangan wanita itu. Lalu dia melayangkan pandang ke samping usai mendengar isak tangis. Adik mungilnya menangis sedu meratapi kemalangan wanita itu.

"Apa yang terjadi sama Mama, Kak?"

Dia mengusap lembut punggungnya dengan harap meredakan rasa khawatirnya. "Ini salah Papa, Dek. Karena dia Mama ditabrak mobil saat nyebrang."

Isakan tangis gadis itu kian menjadi. Dia langsung mendekap dada bidangnya tanpa mengucapkan sepatah kata. Mungkin dia sulit menerimanya.

"Papa selingkuh, Dek."

10 Years Ago ✓Where stories live. Discover now