CHAPTER 52

78 8 0
                                    

SELFISH

“Jangan menjadi sosok egois dengan memegang dua hati sekaligus. Bila dia menjadikanmu satu-satunya, kamu pun juga harus melakukan hal yang sama.”

✈✈✈

"Ada hubungan apa antara kalian berdua?"

Satu kalimat itu menjadi latar belakang dia mengunci bibirnya rapat. Seperti gembok yang tak menemukan kunci, dia tak dapat menjawab pertanyaan itu dalam waktu singkat. Mungkin dia membutuhkan waktu lebih dari itu.

"Din, jawab pertanyaan gue." Sekar mengguncangkan tubuhnya dengan maksud dia tersadar.

Nyatanya dia dalam keadaan sadar. Hanya saja dia memilih diam bak sebuah patung. Satu-satunya bagian yang dapat dia gerak adalah sepasang netranya. Netra itu beralih ke segala arah.

Bibirnya mengulum sejenak. Membahasi seluruh permukaan yang kering itu dengan saliva. Entah karena ruangan ini terlalu dingin untuknya atau karena rasa gelisah.

"Nggak ada hubungan sama sekali, Kar," kilahnya mengalihkan netra hitam nan bersinar itu.

"Mulut lo boleh bohong sama gue, tapi lo nggak bisa bohong dengan perasaan lo, Din."

Pernyataan itu membulatkan netra. Bibir pun sedikit membuka karena permintaan refleksi reseptor.

Sekar memegang erat bahunya. Sepasang netra menatap gadis itu dengan sungguh. "Lo suka sama Arya, kan?"

Andin menyembunyikan wajahnya dalam surai. Beberapa detik setelahnya dia merespons dengan anggukan kepala.

"Tapi kenapa lo pacaran sama Dirga kalau lo sukanya sama Arya?"

Ah, tidak, pertanyaan itu sangatlah berat baginya untuk menjawab.

"Lo nggak boleh egois dengan memegang dua hati sekaligus, Din," sambungnya.

Detik demi detik kepalanya mengangkat ke atas hingga menunjukkan wajah sendu. Netra itu terlihat jelas berbinar seperti berlian. "Gue... nggak punya pilihan lain."

"Maksudnya?"

"Gimana pun.... gue harus mengalah dengan perasaan gue...demi persahabatan," jelasnya dengan napas tersendat. Seperti ada benda keras yang menutup saluran pernapasannya.

Tanpa sadar binar itu menitik di pipinya. Membasahi wajah berseri dengan larutan netra. Sekar menggenggam erat kedua tangan Andin serta memandangnya sendu. Seolah perasaan gundah itu dapat bertransmisi padanya.

"Jadi... ada temen lo yang suka sama Arya."

Andin kembali mengulum bibir karena larutan itu menimbun di atasnya. Untuk menjawab itu dia mengandalkan bahasa tubuh dengan menganggukkan kepala.

"Dan lo pacaran sama Dirga untuk buktiiin ke temen lo kalau lo nggak suka sama Arya?"

Andin menjawabnya lagi dengan hal serupa bersama derasnya tirta yang berpunca dari netra. Raut wajah Sekar memandangnya begitu sendu. Terlihat pada keningnya membentuk banyak kerutan dengan kedua alis yang nyaris menyatu.

"Tapi karena Dirga selalu ada buat gue, lama-lama perasaan itu tumbuh."

"Lalu gimana dengan Arya?"

"Gue udah coba untuk berhenti... tapi nyatanya perasaan itu masih membekas."

Sekar menarik lembut tangannya hingga tubuh mungil itu ikut maju. Tanpa frasa, tanpa abstrak, dan tanpa enigma lagi dia memeluk tubuh gadis itu. Merangkul hangat selayaknya teman lama yang bersua setelah berpisah puluhan tahun.

10 Years Ago ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum