CHAPTER 49

96 4 0
                                    

HAPPENS AGAIN

“Ketika aku melihat sesuatu yang menyangkutmu, tanpa sadar lobus temporal mengulas kembali tentang masa indah kita.

✈✈✈

Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru akan membagi peserta didiknya menjadi beberapa kelompok. Pembentukan kelompok ini berdasarkan nomor urut absen atau bisa juga dengan sistem acak. Martha selaku pengampu mata pelajaran Fisika menggunakan metode ini kepada kelas IPA-4 yang saat ini diajarnya.

Martha membentuk enam kelompok yang masing-masing beranggotakan lima orang. Andin, Sekar, Arya, Bubu dan Jaka terpilih sebagai anggota kelompok satu yang akan membahas materi perpindahan kalor dan membedakan peristiwa perpindahan kalor cara konduksi, konveksi dan radiasi.

Pengerjaan tugas kelompok ini berlatar tempat di rumah Sekar. Mereka sepakat datang ke rumahnya pada hari minggu, tepatnya hari ini.

Banyak sekali kita menemukan separuh anggota saja yang mengerjakan tugas, sementara sisanya berkontribusi dengan uang sebagai dalih namanya tertulis di dalam makalah. Hal ini juga berlaku di kelompok satu, dimana Arya, Andin, dan Sekar saja yang mengerjakan tugas.

Lalu bagaimana dengan Jaka dan Bubu? Sebenarnya mereka juga datang ke rumah Sekar. Hanya saja bukan bertujuan untuk kerja kelompok, melainkan asyik menyantap buah rambutan langsung dari pohonnya.

Sejenak Sekar mengalihkan pandangannya dari layar laptop. Manik mata menangkap sosok berbadan gempal duduk berjuntai. Dia tampak kesulitan menjangkau rambutan merah di depannya.

"Hati-hati, Bu," peringat Sekar.

Bubu tak menghiraukannya. Dia masih menjalankan aktivitas memetik buah.

"Dunia bisa kena gempa nih kalau Bubu jatuh," celetuk seseorang dari depan gerbang. Langkahnya kini menuju ke teras rumah, tempat temannya berkumpul.

"Asep," panggil Sekar. Manik matanya membulat usai mengetahui kehadirannya.

Arya beranjak dari kursinya. "Lo ngapain ke sini?"

Asep mengambil posisi duduk berselunjur di sebelah Sekar. "Udah lama banget gue nggak main ke sini. Biasanya waktu pulang sekolah gue maling rambutan di depan rumah lo," kekehnya.

Andin mengalihkan perhatiannya sejenak dari buku Fisika. "Sebelumnya kalian pernah satu sekolah?"

"Iya," jawab Sekar. "Dari TK sampai sekarang gue satu kelas sama Asep "

Buughhh...

Semua indra pendengaran menangkap dentuman keras yang bersumber dari depan sana. Manik mata menemukan sosok Bubu terlungkup di atas permukaan rumput. Dia baru saja jatuh dari atas pohon.

"Astaghfirullah, gempa." Asep sengaja menggetarkan badannya seolah dia terdampak gempa bumi.

Arya bergegas menghampiri Bubu dan membantunya, disusul Jaka yang baru saja turun dari pohon itu.

"Aduh... sakit," keluh Bubu memegangi perutnya.

Jangan tanya bagaimana respons Asep saat itu, tentu saja dia tertawa di atas penderitaannya. "Lo bandel, sih. Padahal gue sama Sekar udah ngingetin lo tadi."

Arya dan Jaka berjalan hati-hati memapah sosok bertubuh gempal itu. Mereka membawa Bubu ke tempat yang aman, yaitu di teras rumah. Lalu dia mendaratkan bokong besar itu di atas permukaan ubin. Melihat itu Asep kembali menggetarkan badannya. "Ya Tuhan, ada gempa susulan ini."

10 Years Ago ✓Where stories live. Discover now