"Aku dengar itu!" Ketua Regu melempar salah satu meja dengan sekat kaca yang hampir mengenai kami, tetapi meleset dan menabrak kaca jendela yang masih utuh sampai pecah berkeping-keping. "Kucabut lencana kenaikan kelasmu jika kita kembali nanti, Mada!"

Percaya atau tidak, ketua regu kami sangat penyabar hari ini.

"Bersiap di posisi kalian!" Ketua Regu berseru, tetapi tidak satu pun anggota kami merespons. Gemuruh dari lorong tangga sudah lebih dulu membuat mereka lumpuh ketakutan. Melihat itu, Ketua Regu naik pitam. "Kubilang, kemari kalian—anak-anak jalang! Formasi D, rencana pertahanan, yang tidak menurut akan kuusir dari timku biar kalian dipungut Pusat Karantina!"

Keempat anak memasuki posisinya masing-masing dengan kaki gemetar. Lampu-lampu yang seharusnya sudah mati mulai berkeredep dan memercikkan listrik, merespons sekian banyak Fervor yang aktif bersamaan. Pendingin udara bergetar, dinding bergemuruh, keramik lantai pecah-pecah, dan langit-langit menyerpih seperti akan runtuh. Di sampingku, sebuah pintu kaca ganda mulai retak.

Saat ketiga Fervent liar menyerbu dari lorong tangga, angin ribut menerjang dan memenuhi seisi ruangan dengan badai telekinetik. Tekanannya membuat seluruh anggota regu terdorong hampir dua meter ke belakang, udara terbakar dan memercikkan cahaya kekuningan saat berbenturan dengan medan energi Ketua Regu. Medan energi itu bahkan tidak bisa benar-benar disebut medan energi. Yang dilakukan Aziri hanya memecah molekul gas hingga ke bentuk atom dan partikel bebas; dalam artian, dia membuat tiruan medan energi dengan plasma. Hanya itu; tiruan. Namun, di seluruh PFD—Program Fervent Dasar—Aziri yang terbaik yang kami punya.

Tiruan medan energi itu barangkali tidak bakal bertahan lama, tetapi tampaknya Phantom liar yang mencoba menyerbu kami juga amatiran—mereka bahkan butuh keroyokan bertiga hanya untuk menumbangkan sekumpulan bocah.

Badai berkurang sedikit, tetapi beberapa barang dan anak tetap terlempar hingga gagal menyokong formasi.

Aku masih menyiapkan jalur kami untuk turun, mengikatkan tali tambang kuat-kuat sambil masih mengawasi jalan aspal di bawah sana, saat Mada terpelanting ke arahku, menabrak pantatku. Dia mengambil kesempatan untuk kembali menyembunyikan kepalanya ke balik sweterku lagi.

"Mada!" Aku berteriak melawan angin. "Kembali ke posisimu!"

"Sudah gila, ya?! Tidak lihat apa yang terjadi pada kepala wakil kita gara-gara energi Phantom-nya meledak sendiri?" Mada menyembul keluar sesaat untuk membalas teriakanku. "Bahkan Cyone sepertimu pasti tidak bisa mengembalikan kalau kepalaku penggal dan meluncur ke lantai—tunggu ... apa kau bisa?"

Matanya melebar, menatapku penuh harap. Anak itu barangkali ingin aku berkata, Entenglah, aku menyambung kepala orang tiap hari sebagai hobi. Namun, karena aku tak kunjung menjawab, Mada ambil aman dengan memasukkan kepalanya kembali ke balik bajuku. Aku menguatkan pijakan, kembali melongok ke bawah, hampir berpikir untuk turun sendiri—barangkali Aria tidak melihat sinyal yang kukirim, barangkali terjadi sesuatu padanya dan pengawas kami ....

Lalu, mobil vannya muncul dalam pandangan, masuk ke halaman dengan menerobos pagar pembatas, berputar membelakangi bangunan. Dari jendela pengemudi, Aria muncul, rambutnya berkibar. Sebelah tangannya berpegangan ke atap mobil, yang sebelah lagi masih di dalam dan menekan klakson.

"Mundur!" Aku berteriak. Ketua Regu menyerukan perintah yang sama, tetapi dia sendiri tetap bertahan di antara kami dan para Fervent liar.

Kubiarkan Vida, Steeler sekaligus anak yang paling muda di antara kami, turun lebih dulu. Ketakutan dan rasa tidak sabar meninggalkan tempat ini membuatnya mendadak tangkas memerosot turun menyusuri tali tambang. Begitu anak itu sampai tanpa cedera berarti, dia mengaktifkan mekanisme pendaratan logam di atas atap mobil. Berturut-turut, kubiarkan Mada dan dua anak lainnya menyusul.

RavAgesOnde histórias criam vida. Descubra agora