#83

10.6K 1.3K 1.2K
                                    

| RavAges, #83 | 4728 words |

Song credit:
Hardwell - How You Love Me
(ft. Conor Maynard & Snoop Dogg)

 Conor Maynard & Snoop Dogg)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PENDARATANKU MULUS. Dan menyakitkan. Saat badanku jatuh ke atas lempengan logam, rasanya hampir tak ada bedanya dengan dipukuli di punggung, tetapi selebihnya aku baik-baik saja. Lalu, aku meluncur lagi ke arah Alatas. Dia menangkapku dan mampu bertahan dua detik sebelum ikut ambruk kutimpa.

Tanah amblas di bawah kami, membentuk lajur curam dari wilayah pabrik-pabrik T. Ed yang berdiri di atas bebukitan. Lereng melandai ke bawah membelah hutan, menuju jalan besar beraspal. Logam-logam di bawah kami sebagai alas. Andaikata Alatas gagal mengendalikannya, niscaya kami sudah mati tersula cabang pohon atau tertimbun longsoran. Untunglah semua itu tak terjadi. Paling parah, kami hanya tergores kaca-kaca, menelan tanah, mata perih kemasukan debu, dan mendapat tamparan ranting yang beterbangan.

Sayangnya, Alatas gagal mengerem sampai kami meloncat melampaui jalan beraspal dan terperosok ke semak-semak rimbun di hutan seberang.

Alatas tertungging di sampingku, terhenti karena gerakan sikunya di tanah. Aku sendiri nyaris tidak bisa berhenti sampai akhirnya ubun-ubunku mentok di ujung sepatu seseorang. Aku mendongak, dan wajah Truck muncul di atasku. Dia menunduk dengan tatapan tak percaya bercampur jengkel. "Kau pasti bercanda."

"Hai, Truck." Aku menyeringai. "Aku nggak jadi pulang."

"Aturan lama masih berlaku," desisnya. Telunjuknya nyaris mencolok mataku. "Kalau kau lelet, kutinggal!"

Di sampingku, Alatas berusaha mengangkat dirinya. "Kakiku keseleo."

Aku ikut duduk. "Kakiku juga terkilir waktu kau menangkapku."

Pemuda itu mengerang saat berusaha berdiri lagi. "Pinggangku salah urat."

"Pinggangku juga."

"Kok, samaan?" Alatas terbahak. "Jangan-jangan kita jodoh."

Suaranya mencicit di akhir kalimat saat aku menarik ujung bajunya sebagai pegangan untuk bangun. Aku berdiri, tetapi Alatas tertungging lagi.

"Sori," ringisku seraya memapahnya.

Tidak ada waktu untuk mengobrol dan pamer cedera. Specter-specter Bintara masih terbang rendah, tanah makin ambrol, dan api mulai menjalar. Bayang-bayang hewan yang dilindungi T. Ed berlarian ke arah kota. Kurasa, Kompleks 12 sebentar lagi akan berubah jadi kebun binatang terbesar.

Kami menyusuri pinggiran hutan dengan Sabang dan Erion memimpin paling depan. Saat menemukan salah satu pos jaga NC yang kosong, Sabang mencuri kunci serta mobil pikap yang terparkir di depannya. Kami berkendara kembali ke kota, meninggalkan ledakan yang masih terdengar serta kepulan asap.

Sabang dan Erion menempati jok di dalam, sementara aku, Alatas, dan Truck duduk di atas bak terbuka. Aku sempat cemas akan ada yang mengenali wajah kami. Namun, orang-orang di sisi jalan disibukkan oleh hewan-hewan kecil yang melompat keluar dari bayang-bayang pohon. Mereka mulai menunjuk-nunjuk asap di kejauhan, lalu memanggil keamanan dan pemadam kebakaran.

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang