#84

6.6K 1.1K 632
                                    

Warning: Disturbing Content

| RavAges, #84 | 4930 words |
Song credit: Lauren Jauregui - Invisible Chains

| RavAges, #84 | 4930 words |Song credit: Lauren Jauregui - Invisible Chains

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ARKA, PEMICU, Detonator, Lenx ... banyak sekali alat-alat yang dikembangkan dari Fervent. Belum lagi jika menghitung proyek-proyek gabungan dan pesawat Specter yang teknologinya melibatkan penyemaian banyak Fervent sekaligus.

Belakangan aku tahu kalau Giok menyimpan alat-alat macam itu, bermula dari aku yang memergoki lensa kacamatanya yang ternyata lensa kaca biasa. Cowok itu memang rabun jauh, tetapi di balik kacamatanya, dia memakai Lenx, disemai dari seorang X, didapatnya dari seorang 'teman' di T. Ed Company. Maka aku langsung menyudutkannya sampai dia bersumpah bahwa dia tak pernah mengintipku.

"Sori saja, aku nggak punya waktu memikirkan cewek! Kau juga bukan tipeku sama sekali!" tukasnya. "Lagi pula kenapa cuma aku? Kau tahu Raios Relevia, artinya dia juga bisa melihat menembus benda padat!"

"Raios bukan cowok macam itu!" balasku meski aku sendiri tak yakin. Sudah berminggu-minggu aku bersamanya, tetapi Raios tak pernah menyentuhku seujung jari pun. Entah dia memang laki-laki terhormat atau dia cuma tidak tahu caranya.

Lama kelamaan kewaspadaanku jadi melonggar. Raios jarang berada di rumah persembunyian itu, dan tampaknya aku memang tidak perlu mencemaskan Giok—dia seringnya tak mengacuhkan keberadaanku. Giok biasanya tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ada orang atau tidak di dekatnya, sama saja seperti tidak ada. Kurasa, memang begitulah cara cowok itu bertahan hidup di sekitar Raios.

Kalau ada yang perlu kucemaskan adalah beberapa Fervent yang kadang-kadang datang—seorang Teleporter yang tak pernah pakai sandal, tiga orang Multi-fervent pemabuk dan pecandu, dan satu cewek Cyone yang suka cekikikan sendiri meski tak ada yang mengajaknya bicara. Menurut Raios, mereka itu 'teman'. Menurut Giok, mereka itu 'aset buat dimanfaatkan'. Menurutku, kalau salah satu saja dari mereka datang, aku mesti mengunci diri di dalam kamar dan pura-pura tak ada di sana.

Tiap kali Raios pergi entah ke mana, aku membongkar barang-barang dan menghabiskan waktu melihat-lihat apa yang mereka dapat di bawah pengawasan Giok. Kalau keduanya pergi dan aku sendirian, aku tak berani menyentuh apa-apa, jadi aku hanya menghabiskan waktu duduk-duduk di pekarangan belakang yang tidak terurus, dikelilingi tembok tinggi dan pohon-pohon meranggas, berusaha menyerap sebanyak mungkin cahaya matahari sebelum Raios dan Giok kembali.

Aku tak tahu apa saja yang mereka kerjakan di luar dan kenapa aku tak diajak, padahal aku ingin sekali keluar. Namun, garis besarnya, Raios dan Giok menjarah barang-barang dari NC dan anak-anak perusahaannya, lalu memetakan semua fasilitas yang mereka masuki. Salinan denahnya, selain disimpan sendiri, biasanya mereka pakai sebagai alat tukar dengan jasa Teleporter.

"Kenapa Raios tidak pakai Teleporter-nya sendiri?" tanyaku pada Giok suatu malam saat Raios sedang keluar lagi.

"Kenapa tidak kau tanya padanya?"

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang